War Begins

15 3 0
                                    

Sofiah kemarin bilang, "Sebagai wanita, aku tahu gimana sakitnya diselingkuhin, Nin."
Aku tersenyum tipis.
Sofiah berbohong.
Nggak ada yang mengerti sakitnya perselingkuhan kecuali dia pernah merasakan.

Gimana bisa Sofiah bilang tahu sakitnya, tapi meminta aku untuk tetap tenang dan banyak berdoa?

Berdoa? Aku sudah lama nggak meminta pada yang Maha Kuasa. Kurasa percuma saja berdoa. Doa-doa yang kuminta ke Tuhan sampai hari ini belum dikabulkan. Percuma, kan?
Bisa-bisa aku mati mengenaskan kalau menunggu doa dikabulkan. Lagian aku bisa mengabulkan keinginanku tanpa harus berdoa lebih dulu.

Aku muak.

Cukup sudah selama ini Mas Dani memainkan hati ini.

Hari ini Mas Dani meminta maaf, tapi lima menit kemudian sudah mengulangi lagi.

Aku benar-benar nggak habis pikir lelaki baik seperti Mas Dani bisa bertindak terbalik. Tapi, ini bukan waktunya. Aku sudah menutup masa berkabung atas perubahan diri Mas Dani.

Mulai hari ini, aku bukan lagi Anindya yang sama. Aku nggak peduli jika nanti ada yang menunjuk dengan jari mengataiku begini dan begini.
Aku nggak peduli.
Aku nggak akan begini kalau Mas Dani nggak memulai.
Kalau mau menyalahkan, silakan! Gerakkan jari telunjuk itu ke Mas Dani karena dia adalah imamnya. Adalah hal yang wajib kalau makmum sepertiku mengikuti imam, kan?

Semua pesan, foto tanpa bra milik Tika, sampai video mesum mereka berdua yang kucuri dari HP Mas Dani malam tadi, berhasil kusembunyikan di penyimpanan HP-ku.

Rasa cinta dan memiliki yang sebelumnya mendominasi, perlahan berubah menjadi benci. Aku nggak tahu kapan mulanya perasaan ini berganti.
Mungkin karena Mas Dani yang memupuk kebencian ini sehingga rasa benci tumbuh subur sekali di dalam hati.

Ini sudah kali ketiga, aku memutar video mesum yang menampilkan Tika dan Mas Dani saling menempelkan pipi kemudian saling menciumi satu sama lain. Mas Dani dan Tika terlihat saling menikmati. Setelahnya mereka menempelkan kening, hal yang sering Mas Dani lakukan ke aku belakangan ini. Lalu keduanya mengembangkan senyuman seperti sedang merayakan kemenangan.

Satu bulir bening lolos begitu saja tanpa aba-aba. Aku menyeka air mata, tapi nggak berhasil sama sekali. Kubiarkan rasa sesak di dada, terurai perlahan bersama air mata.

Aku yakin, kepergian Mas Dani pagi tadi bukan lagi ke toko melainkan ke indekos Tika. Kali ini aku akan menangkap basah keduanya. Kalau perlu ibu kosnya Tika pun tahu, biar cewek sundal sialan itu menanggung malu.

Tapi, di mana letak kos-kosan Tika?

Sekali lagi, aku coba bertanya ke Vika.

Beruntung panggilan teleponku langsung diterima dan suara lembut Vika  terdengar ramah di seberang telepon.

"Aku kurang tahu, Nin," jawabnya ketika kutanya keberadaan indekos Tika. "Tapi, anggotaku tahu karena dia pernah dimintai tolong mengantar Tika pulang. Nanti aku tanya ke dia ya. Aku lagi di luar soalnya," terang Vika selanjutnya.

Aku memastikan ke Vika agar jangan lupa menanyakan ke anggotanya. Kuucapkan salam lalu telepon kumatikan.

Sambil menunggu kabar dari Vika, aku membereskan pekerjaan rumah.

Rencananya aku akan menitipkan Gibran pagi ini ke rumah Sofiah. Aku beralasan ingin me time dengan melakukan perawatan badan di salon kecantikan langganan. Sofiah mengiyakan. Dia juga menambahkan kalau itu bisa membuat pikiranku lebih relax dan tenang nantinya.

Nggak lupa, Sofiah menasihati supaya aku berdoa, berdoa, dan berdoa lagi.

"Doa itu gratis, Nin! Nggak perlu kau ambil duit dari laci tokomu untuk bayar doa. Kau cuma perlu angkat tangan, terus minta apa yang kaumau. Enak, kan?"

Aku tersenyum sinis mendengar nasihatnya. Dia kira berdoa saja cukup? Aku sudah capek berdoa. Ini waktunya doaku terkabul. Kalau Tuhan masih belum berkehendak, biar tanganku sendiri yang mengambil hak.

HPku berdering sebentar. Sebuah pesan dari Vika. Aku tersenyum saat membaca alamat lengkap beserta nomor indekosnya, tempat Tika berada.

Selamat tinggal, Tika! Setelah ini, akan kupastikan cewek sundal murahan sepertimu nggak akan bisa mengangkat kepala.

Third Storm #IWZPAMER2023Where stories live. Discover now