Return

17 3 0
                                    

Aku menghambur ke pelukan Sofiah saat wanita berkerudung hijau itu masuk ke rumah.

Tanpa kata, Sofiah membiarkanku menangis di pelukan.

Untuk beberapa saat, aku larut dalam tangisan karena kepergian Mas Dani yang membawa koper berisi pakaian miliknya. Sofiah mengelus lembut punggungku. Ada rasa tenang, meski sakit yang kurasakan nggak sepenuhnya hilang.

"Mas Dani, Sof--" Kalimatku terjeda. Susah payah aku mengatur napas yang terasa sesak di dada. Hingga akhirnya, "Pergi sama Tika." Kalimat itu berhasil keluar tanpa kendala.

Sofiah menatapku begitu teduh. Sorot matanya terlihat tenang, membuatku semakin nyaman menceritakan kejadian demi kejadian. Semua hal yang sudah kulewati siang tadi sampai sore ini yang berakhir dengan kepergian Mas Dani.

"Semua istri bakal kayak gini, kan, Sof? Apa aku salah kalau melakukan ini? Nggak ada istri yang rela suaminya direbut wanita lain. Sakit, Sof! Aku sakit." Kutepuk dada berkali-kali, berharap rasa sakit yang ada di dalamnya segera pergi. "Aku bingung. Aku nggak tahu harus kayak mana. Aku mau mati, SOFIAH!"

"Istigfar, Nin! Astagfirullah." Sofiah mengusap lembut punggungku.

Aku berusaha mengikuti ucapan Sofiah. Tapi susah, aku nggak bisa. Aku merasa nggak pantas mengucapkannya. Aku malu. Malu sama Allah karena baru sekarang menyebut namaNya.

Aku menggelengkan kepala.

"Dosa apa, ya Allah, yang membuat Engkau mengujiku seperti ini? Dosa apa, ya Allah? Kenapa aku? Kenapa harus aku?" Tangisku lagi-lagi luruh, mengingat  satu-satunya lelaki yang kucintai telah pergi.

"Nin!" Sofiah memanggilku.

Aku menengadah, melihat Sofiah yang kini menatapku dengan mata basah.

"Allah sayang sama Anin. Ujian ini diberikan Allah sebagai tanda cinta dari Allah. Allah pengin Anin mendekat."

Aku menundukkan kepala. Mengingat betapa banyak alpa yang sering kulakukan dengan sengaja.

"Nin!" Kedua tangan Sofiah memegangi bahuku. "Kecewa sama manusia wajar. Manusia memang tempatnya kecewa, Nin. Manusia diciptakan nggak sempurna. Maka sering, seringkali bahkan, kita nggak menemukan yang kita inginkan dari manusia. Tapi Allah, bukan tempat untuk membalas kekecewaan itu. Kalau kecewa sama makhlukNya, sampaikan ke pemilikNya, Nin. Bukan malah menjauh seperti ini." Anin mengakhiri kalimatnya sembari menyeka kedua pipinya yang basah.

"Aku hancur, Sof!" Tangisku kembali pecah begitu mengakhiri kata.

Untuk beberapa saat hanya suara tangisanku dan Sofiah yang terdengar bersahutan.

Perlahan tangisku mereda, disusul Sofiah. Aku baru menyadari kalau Sofiah datang ke rumah tanpa membawa Gibran.

"Sudah kutitip sama Mamak," katanya saat kutanya di mana bocah berambut ikal itu berada. "Apa rencanamu selanjutnya?" tanyanya dengan raut muka lebih tenang dari sebelumnya.

"Aku mau datangi orang tuanya."

Sofiah menghela napas, tatapannya terlihat sendu tiba-tiba.

"Kau mau bilang apa?"

Aku terdiam. Jujur, aku belum memikirkan langkah selanjutnya akan sedetail apa.

"Aku cuma minta, apa pun rencanamu selanjutnya, kembalikan semua ke pemilikNya. Doa, Nin. Minta petunjuk sama Allah, supaya jalanmu nggak salah arah."

Aku mengangguk pelan, meski rasanya terlalu malu melakukan. Apa Allah masih mau mendengarkan?

Sofiah menegakkan punggungnya, sembari memperbaiki kerudungnya yang terlihat miring sebelah, dia berkata, "Kau tahu, Nin? Kalau kaupikir ujianmu berat terasa, sulit sekali diubah, nggak akan sanggup diselesaikan oleh manusia. Maka--"

Aku menunggu Sofiah melanjutkan kata-katanya.

"Lakukan amalan yang nggak biasa. Jalur langit, Nin, itu nggak bisa dicegah."

"Apa amalannya?"

"Bangun tengah malam, salat tahajud. Baca Al-Qur'an.Puasa sunah. Ketiga hal ini, aku yakin Tika nggak melakukannya."

Mataku tiba-tiba kembali basah. Betapa selama ini, aku sudah melakukan berbagai cara, tapi nihil hasilnya. Ternyata karena aku nggak meminta pada yang Maha Kuasa. Aku sombong sebab merasa bisa menyelesaikan semuanya. Aku salah. Aku baru menyadari kalau aku salah setelah Mas Dani pergi bersama Tika.

Ya Allah, semoga Engkau mau bermurah hati mengabulkan doa hamba.

Third Storm #IWZPAMER2023Where stories live. Discover now