part 4

3 0 0
                                    

Ayahku bekerja sebagai kuli bangunan. Dia membantu tetangga kami membangun atap rumah, tetapi sayangnya saat itu ayah kena musibah.

Ayahku terapksa kerja serabutan demi mencari sesuap nasi, padahal setiap pagi buta dia pergi ke pasar untuk berjualan. Untungnya saat itu ayah masih bisa selamat, meskipun kondisinya lumayan parah. Namun, akhirnya ayah kembali pulih.

Pertolongan Allah begitu dekat. Tanpa bantuan dari tetangga kami yang baik hati, mungkin nasib kami tidak seperti saat ini.

Sejak kecil aku dikenal sebagai gadis kecil yang keras kepala. Ibu seringkali memarahiku gara-gara main hujan-hujanan. Padahal, aku sangat suka meluncur di atas rumput yang basah tepatnya di halaman depan rumah.

Aku menikmati hujan sambil tertawa riang bersama abang Izy. Saat itu hidupku tanpa beban.
Rasa bahagia terpancar dari wajahku yang polos. Setelah puas bermain air, aku pun mandi lalu entah kenapa pada malam harinya aku merasakan mual, muntah dan berkeringat dingin. Ya, rupanya daya tahan tubuhku lemah. Jadi, mudah masuk angin.

“Sudah ibu bilang tadi, kan? Jangan main hujan-hujanan. Kalau begini, kamu harus istirahat dahulu, jangan main. Kalau kamu sakit merepotkan ibu. Lihat, adikmu juga butuh perhatian, sekarang kamu paham, kan?”

“Iya, Bu. Zenna minta maaf.” Aku menyesal karena tidak menurut ucapan ibu dan tak berani menatap kedua bola matanya yang merah.

Meski begitu, aku mendengarkan nasihat ibu. Dia menghukumku dengan memberi tugas istimewa yaitu menjaga adik.

Sehingga ketika anak-anak seusiaku bermain dengan ceria dengan teman sebayanya, aku malah sibuk mengurus adik bayi yang berumur 4 bulan. Masa kecilku terenggut oleh realita yang pahit, itulah takdir yang harus kujalani saat itu.

Ibuku wanita yang rajin. Setiap hari dia juga berjualan makanan keliling kampung sambil menggendong adik. Biasanya dia mengajakku ikut, tetapi kadang-kadang aku disuruh menunggunya di rumah.

Ibu mengolah makanan untuk dijual, saat adik tertidur pulas. Itulah mengapa ibuku jarang istirahat, dia sering memaksakan diri untuk bekerja siang dan malam. Dia lakukan agar demi bisa menyambung hidup dan kami tidak kelaparan.

Bersambung.

Metamorfosa CintaWhere stories live. Discover now