Part 21

0 0 0
                                    

Ayah berbohong karena meskipun punya uang dia tak mau pergi bersama kami menjenguk Ibu.

Mungkin cinta Ayah pada Ibu sudah terkikis oleh waktu. Padahal, uang hasil penjualan tanah warisan itu digunakan untuk membangun rumah baru.

Selepas Ayah menceraikan Ibu, dia jadi berubah. Kami harus menuruti semua ucapannya tanpa boleh protes.

“Kapan kita jenguk Ibu, Yah?” tanya Abang Izy.  

“Nanti, kapan-kapan. Ayah lagi repot rumah kita baru jadi, banyak pengeluaran. Uang ayah sudah menipis.”

“Ah, Ayah pasti bohong. Sekarang Ayah pasti sudah tidak sayang pada Ibu. Jadi, Ayah tidak mau mengantar kami ke sana.”

“Bukan begitu, kamu harus tahu keadaan kita sekarang.”

“Sudahlah, Yah. Kalau memang tidak mau biar aku ke sana saja sendiri. Aku kecewa sama Ayah.”

“Jangan begitu, Izy. Kamu tidak boleh ke mana-mana, rumah Nenek sangat jauh.”

“Aku bisa ke sana jalan kaki lewat kampung. Ayah nggak tahu, kalau aku sudah bisa naik sepeda ke rumah Nenek. Pokoknya Ayah nggak bisa melarang aku ke sana. Jangan banyak alasan bila sudah tak sayang sama Ibu setidaknya Ayah pikirkan nasib Adik. Bukan malah menyia-nyiakan mereka begitu saja.”

“Adikmu masih bayi, dia belum tahu apa yang terjadi, jangan diambil pusing. Nanti kalau Ayah nikah lagi, kalian harus menerima dengan baik Ibu tiri kalian.”

“Apa? Nikah? Zenna nggak mau. Ayah jangan nikah lagi. Zenna takut ngga disayang sama Ibu tiri, sekarang Zenna cuma mau ketemu sama Ibu dan Adik.”

Ayah diam seribu bahasa lalu pergi. Dia sudah berubah. Aku dan Bang Izy sangat kecewa padanya yang tak menepati janji.

Kekecewaan Bang Izy sudah diujung tanduk. Dia kabur dari rumah beberapa hari, lalu kembali lagi dengan hati yang patah.

Sedangkan aku lebih sering mengurung diri di kamar dan hanya berteman dengan boneka kesayangan. Ayah jarang di rumah. Dia sudah berubah kini dia mengajakku pergi.

Terkadang tetanggaku datang dan mengajakku main bersama, itu pun hanya dua orang dan mereka berdua teman sekelasku. Hari-hariku terasa sepi dan anehnya aku nyaman berteman dalam sunyi.

Aku tak seperti dulu lagi. Gadis kecil yang riang bermain lari-larian sambil menikmati aroma petrikor bersama tema-teman dekat rumah. Ya, kini aku si tomboy yang rapuh.

Bersambung.

Metamorfosa CintaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt