Part 14. Luka Tak Berdarah

1 0 0
                                    

Tiba di rumah. Bang Izy memasak dan kami makan bersama. Hari itu, aku tak sedih lagi, tetapi setiap hari aku selalu cerewet pada ayah. Aku menagih janji untuk bertemu ibu. Namun, jawabannya tetap sama ayah tak mau mengunjungi ibu kalau tidak punya uang.

Sehingga aku harus menabung dan berhemat agar bisa bertemu ibu. Bulan Ramadhan tanpa ibu kami lalui dengan kondisi yang sederhana.

Meskipun terasa berat, tetapi seiring berjalannya waktu penantianku terjawab.

Rindu yang kusimpan sejak lama pun terbayar. Betapa tidak, ayah akhirnya mau memenuhi janjinya untuk mengantarkanku pada ibu. Tepat di hari raya IdulFitri.

***
"Jam berapa kita lebaran ke rumah ibu, Yah?" tanyaku.
"Setiap hari kamu tanya tentang itu terus."

"Kali ini pokoknya Ayah nggak bisa mengelak."

"Ya udah nanti siang kita ke sana, siapkan baju untuk tiga hari. Kamu boleh menginap, nanti ayah jemput."

"Asyiik, alhamdulillah." aku berlari kegirangan. Begitu pula Bang Izy.

Kami bersiap dan berkemas. Setelah itu kami langsung berjalan menuju jalan raya untuk mencari angkutan umum. Suasana saat itu sangat macet.

Perjalanan menuju rumah ibu cukup jauh. Sekitar satu setengah jam, itu karena hari lebaran. Pada hari biasa, tentu keadaan jalan normal seperti biasa, jadi jarak tempuh hanya satu jam.

Dalam teriknya sinar mentari, kami berjalan bersama-sama. Aku membawa tas begitu juga abang, sedangkan ayah membawa tentengan makanan.

Senyumku mengembang ketika kami sampai di rumah nenek, bahkan tanganku bergetar saat ayah menuntun. Entah mengapa jantungku berdetak lebih cepat, seolah tak sabar untuk bertemu ibu.

Aku baru menyadari, inilah rasanya jika kita lama tak berjumpa dengan orang yang kita sayangi.

Betapa bahagia dan haru ketika kami disambut dengan baik. Wajah nenek yang begitu bahagia dengan senyum sumringahnya juga tatapan mata ibu yang hangat.

Kukira dia tak mengenalku lagi, tetapi ternyata aku salah, Ibu justru memelukku erat dan duduk di dekatku.

Bersambung.

Metamorfosa CintaWhere stories live. Discover now