16

77 13 1
                                    

Ditulis oleh Kak rryanti_Ludith

Adrian mengetuk-ngetukkan jemarinya pada kemudi mobil. Mencoba untuk mencerna semua informasi baru yang tak sengaja ia dapatkan.

Tak disangka, kasus yang tengah ditanganinya itu kini menjadi semakin rumit. Sejak Alisha di tetapkan sebagai tersangka, lalu fakta kehamilannya yang mengejutkan. Kini fakta baru bahwa Cherry dan ayahnya, Aliman, memiliki keterlibatan dalam kasus kematian Alan. Membuat Adrian harus berusaha lebih keras untuk mengungkapkan semua benang merah yang saling terkait. 

Beruntung aksi "mencuri" informasi yang dilakukannya tak diketahui oleh Aliman dan Cherry. Handphone yang tertinggal di kamar ibu Cherry, menjadi penyelamat dan pembuka jalan untuknya menemukan informasi berharga terkait kasus yang tengah di tanganinya.

Adrian kembali menekuni video bukti yang menyatakan keberadaan Cherry bersama dengan Aliman di sebuah restoran di malam kematian Alan. Entah kenapa ia merasakan ada sesuatu yang janggal dari video itu, tapi entah apa, ia belum berhasil menemukannya.

Lalu pembicaraan apa yang terjadi antara Suhendi dengan Aliman beberapa waktu lalu.

Membuka aplikasi berlogo balon pesan berwarna hijau pada handphonenya, Adrian membaca sekali lagi pesan dari Gusta. Sebenarnya apa yang ingin disampaikan oleh Gusta, hal apa yang membuat ayahnya hingga merasa harus mengingatkannya akan tugas utamanya sebagai penyidik.

Adrian menyadarkan punggungnya pada sandaran kursi kerja yang tak kenal lelah menopang beratnya.

Satu persatu, dengan mata terpejam Adrian berusaha menyusun kepingan-kepingan puzzle fakta yang ada. Sejak masuknya laporan kematian Alan hingga Alisha yang di tetapkan sebagai tersangka. Jalinan asmara rahasia antara Alan dan Alisha yang mengejutkan, lalu kini informasi "curian" yang di peroleh Adrian secara tak sengaja membuatnya semakin rumit.

Hubungannya dengan Cherry yang mulai semakin hangat akankah berakhir, jika semua fakta tanpa bukti baru yang tersaji secara tak sengaja ini bisa ia buktikan.

Adrian sadar fakta baru yang temukan nyaris tanpa bukti. Kesaksiannya tentu saja akan menjadi bias karena kedekatan yang terjalin antara dirinya dengan Cherry. Apalagi ia juga adalah adik kandung dari tersangka utama sementara, Alisha.

Seketika puzzle yang disusun Adrian dalam benaknya seketika buyar satelah ia menghadirkan sosok Alisha dan Cherry dalam pikirannya. Kedua wanita yang memegang peran penting dalam hidupnya, kini terseret dalam satu  pusaran pekat yang sampai saat ini masih belum terlihat titik terangnya.

Adrian memutuskan untuk menyudahi penelusurannya malam ini. Ia akan pulang ke apartemen. Menenangkan kelelahan jiwanya yang sedang terusik oleh informasi baru yang mengguncangkan jiwa.

Seketika ia teringat akan pesan Alisha, di saat ia kelelahan dengan rumus fisika saat masih bersekolah, "Tinggalin dulu. Kamu tidur bentar, ntar kalau bangun trus udah ngerasa fresh baru deh, kamu mikir lagi. Paham!" begitu Alisha kerap menasihatinya. Kali ini Adrian akan melakukannya kembali.

*

Sekali lagi, Cherry menenggak habis gelas kecil berisi cairan berwarna keemasan. Pekat, hening sesaat ia rasakan namun tak mampu hilangkan beban yang bersarang di kepalanya.

Cherry bertanya-tanya, apakah Adrian mendengar pertengkarannya dengan Aliman kemarin malam. Tapi Adrian tak menunjukkan perubahan sikap apapun. Kebingungan dan ketakutan melanda Cherry. Sedangkan untuk bertanya langsung ia tak akan mungkin mampu.

"Adrian, sebenarnya kamu tau apa nggak, sih? Aku, tuh, nggak sengaja ngelakuin itu semua," Cherry ke bali menenggak cairan berwarna keemasan.

"Cher, stop. Lo udah terlalu mabuk." Satria, bartender yang melayani Cherry mengingatkan putri semata wayang keluarga Yustanagara. Namun tak ayal ia tetap mengisi gelas Cherry yang sudah kosong untuk kesekian kalinya.
Ia tak ingin membuat nona muda itu marah-marah jika keinginannya tak terpenuhi.

"Belum, Sat. Gue masih kuat, bahkan gue masih sadar banget saat ini," Cherry memutar gelas berisi cairan keemasan itu dengan tangannya.

"Gue bingung liat lo Cher, kemarin waktu Alan meninggal lo nggak sedepresi ini. Tapi sekarang lo malah minum-minum gak jelas gini. Trus siapa tuh Adrian?" Satria mulai mengorek informasi dari Cherry.

"Ngapain lo tanya-tanya, gue lagi butek banget. Lagi nggak bisa mikir." Cherry kembali menenggak minuman yang ada di hadapannya. "Asal lo tau, gue sama sekali gak peduli sama kasus Alan. Bagus dia mati, jadi gue nggak perlu kawin ama dia."

Satria hanya tersenyum mendengar Celotehan nona muda yang kini telah berada di bawah pengaruh alkohol. Namun ia tetap menyimak semua penuturan wanita itu.

" Trus, Adrian itu siapa? Pacar baru?" Satria kembali memancing Cherry.

Sambil mengangkat gelas dan menyodorkannya pada Satria untuk mengisi kembali gelasnya, Cherry memandang bartender itu.
"Adrian itu, temen, sahabat, dan pacar gue waktu sekolah dulu. Tapi gue ninggalin dia waktu sekolah di luar dulu." Alisha menyesap minumannya, "Dan sekarang, Adrian yang ngurus kasusnya Alan. Gila kan, mantan pacar gue yang ngurus kasus mantan tunangan gue."

Setelah bercerita panjang lebar Cherry menelungkupkan kepalanya yang terasa melayang. Menikmati dentuman musik yang membuat pekak telinga.

Satria tak terlalu fokus pada cerita Cherry, ia melayani pelanggan lain yang datang. Hanya beberapa potong kalimat yang sempat ia tangkap.

Pria berjas hitam menghampiri Cherry yang masih tertelungkup di meja bartender. Saat memastikan bahwa wanita itu telah terlelap pria itu menyerahkan satu kartu kredit pada sang bartender untuk membayar tagihan Cherry.

Setelah proses pembayaran selesai tanpa aba-aba pria itu mengangkat Cherry menuju pintu keluar. Cherry yang sudah tak sadar hanya bergerak lunglai tanpa perlawanan.

"Dasar anak manja, dalam suasana seperti ini dia masih saja bisa minum." Aliman nampak kesal dengan kelakuan putrinya tersebut. "Untung penyidik itu tak bersamanya saat ini, bisa-bisa semua susah terbongkar, akibat mulut anak ini."

"Pastikan kamar Cherry terkunci dari luar, aku tidak ingin besok dia pergi meninggalkan rumah," Aliman berkata pada pria berjas hitam yang sebelumnya membawa Cherry ke hadapannya.

"Baik Tuan, akan saya pastikan bahwa nona Cherry tak akan bisa keluar dari rumah besok," tanpa menunggu pria itu masuk ke dalam mobil lain yang terparkir di belakang mobil Aliman.

"Cherry.... Cherry, berapa kali Papa katakan berhenti bersikap konyol. Susah payah papa menyekolahkanmu, tapi kamu malah terjebak dengan perasaa-perasaan picisan dengan orang yang salah," Aliman bermonolog di samping putrinya yang tengah terlelap.

Aliman menekan nomor seseorang di layar teleponnya. Setelah beberapa saat telepon terhubung, "Selidiki lebih lanjut latar belakang Adrian, penyidik yang sebelumnya menjadi ketua tim kasus Alan. Pastikan tidak ada yang terlewat." Aliman terdiam sesaat, mendengarkan suara di seberang. "Baiklah, pastikan kali ini tak ada satu detailpun yang terlewat kan. Kita harus pastikan bahwa ia tak membahayakan kita."

Sambungan terputus, Aliman memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"Adrian. Siapa kamu sebenarnya?"

*****

CIRCLE OF LOVE Where stories live. Discover now