35

120 13 0
                                    

Tangis tak bisa berhenti
Sesal menyambut asa
Aku terjatuh, dan terjatuh lagi

***

"Non, Nyonya Non!" Suara Bibi berseru menghambur ke kamar sang nona.

"Kenapa Bi?" Cherry yang masih berbalut kimono menyambut Bibinya dengan tenang meski rasa penasaran menelusuk dalam.

"Nyonya, kesehatan Nyonya," Bibi menyalakan televisi di kamar Cherry. Ia memilih channel yang sedang ia tonton di ruang tengah. Masih menyiarkan tentang ibu Cherry.

"Mama ...." Suara Cherry terhenti. Tangannya menutup mulut tak percaya. "Mama Bi," Cherry hampir menangis. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi, kondisi sang Mama terdengar kritis. Namun, Cherry tidak bisa menghubunginya. Tidak bisa. Ia masih dalam pelarian, baik dari sang ayah maupun dari kejaran penyidik. Bagaimana ini?

"Non, sabar, Non." Bibi memeluk tubuh lemah sang nona. "Apa Non Cherry mau menghubungi Nyonya?" Bibi menawarkan pilihan.

Cherry belum bisa menjawab. Jika ia mencoba menghubungi Mamanya, mereka pasti akan mengetahui keberadaan Cherry. Dan pengejaran akan sampai di tempat ini. Tapi di sisi lain, Cherry sangat mengkhawatirkan kondisi sang mama. Lagi-lagi Cherry mendapat  dilema di pikirannya.

Cherry akhirnya tidak bisa untuknmengabaikan berita itu. Ia menggunakan telepon di villanya untuk menghubungi kediaman rumah Aliman Yustanagara di kota.

Cherry berharap, salah satu asistennya yang menerima telepon itu.

"Halo," sapa seseorang setelah telepon diangkat. Suara seorang wanita.

"Bisa hubungkan dengan Nyonya?" pinta Cherry.

"Ini siapa?" tanya asisten rumah tangga yang menerima telepon dari Cherry.

"Sudah cepat!" perintah Cherry buru-buru.

"Maaf, tidak bisa, nyonya sedang kurang sehat," tolak asisten rumah tangga itu.

"Ish!" Cherry kesal. "Apa keadaannya memburuk?" tanya Cherry mencoba mengalah.

"Ini siapa?" Asisten rumah tangga itu berseru.

"Ah, sial!" Cherry mengumpat dalam hati.

"Siapa?" Suara Aliman terdengar.

"Oh my God! Itu papa," batin Cherry dan segera menutup telepon.

Cherry terlihat khawatir. Ia segera masuk ke kamar dan mengemasi barang-barang.

"Non, mau ke mana?" Bibinya bertanya bingung.

"Aku kudu pergi lagi, Bi. Papa pasti tahu aku di sini." Cherry terus berkemas.

"Non mau ke mana lagi?"

Cherry tidak menjawab.  Ia harus segera pergi kalau tidak mau dibuang ayahnya ke luar negeri. Cherry membawa salah satu mobil yang ada di villa itu dan membawanya ke luar gerbang.

Bibi dan Pak tua kebingungan melihat nonanya yang langsung kabur tanpa memberi tahu apa-apa lagi. Entah Cherry akan ke mana. Dia melajukan mobilnya di jalanan Sindoro Sumbing, membelah dua gunung yang bak dermaga besar di tengah jalan.

Langit senja kala itu. Semburat jingga indah di cakrawala, sayangnya batin Cherry terasa pedih.
***

Adrian mengarahkan kemudinya ke timur. Ia sudah keluar kota sejak tiga jam yang lalu. Ia akan memasuki kawasan Jawa Tengah sebentar lagi. Letih tak tertahan, tapi semua itu tak terasa karena tugas yang terpikir di dirinya. Harus menemukan Cherry. Itu tujuan utama yang harus ditemukan Adrian. Harusnya Cherry ada di Dieng, sesuai dugaan Adrian. Tempat itu adalaj tempat persembunyian paling strategis. Kecuali, sang ayah sudah mengirimnya ke luar negeri.

CIRCLE OF LOVE Where stories live. Discover now