34

98 13 1
                                    

Ditulis oleh Kak rryanti_Ludith

Ketika benang kusut itu mulai terurai
Pelan dan perlahan pangkalnya terlihat
Akhirnya, jawab akan segera terhampar
Mengurai kata

*****

Wanita yang memakai sweeter putih di lapisi jaket abu-abu terang itu tersenyum, begitu ia membuka pintu kamarnya yang telah lama tak ditempati. Ia terpana melihat isi kamarnya, masih sama seperti saat terakhir meninggalkan ruangan ini. Aroma lembut bunga mawar yang tak pernah berubah memenuhi indra penciumannya, khas bunga kesukaan ibunya.

Ia berdiri di depan pintu kamar, mengingat kenangan yang terputar tanpa ia komando.
Ibunya yang selalu membangunkannya setiap pagi, usapan lembut saat ia sakit. Sudah begitu lama ternyata ia meninggalkan tempat ini.

Tak membiarkan Alisha terlarut semakin jauh akan kenangan, Bimo mengganggunya dengan mendorong pelan tubuh Alisha yang berada di depan pintu, "Minggir, trans-jakarta mau lewat!"  tanpa menoleh Bimo memasuki kamar yang beraroma mawar itu, membawa tas yang berisi barang milik wanita yang tengah hamil itu.

Adrian memeluk Alisha dari belakang dan menggiringnya masuk ke dalam kamar, "Masih sama, kan. Papa selalu menjaga semua kenangan tentang kita. Sekarang kamu bersih-bersih, mandiri terus istirahat."

"Siap, komandan!" Alisha menggoda Adrian.
Bimo hanya memutar matanya seolah ia merasa jengah.

"Terus gue gimana nih, disuruh pulang atau gimana?" Bimo menginterupsi kedua saudara itu.

Saat kakak beradik itu akan menjawab pertanyaan Bimo pintu kamar diketuk pelan. Gusta ada di ambang pintu, menunggu izin sang empunya ruangan mempersilahkannya,

"Papa...." Cherry menghambur kedalam pelukan ayahnya. Tanpa aba-aba air matanya kembali mengalir. "Icha pulang, maafin icha, ya, Pa. Icha janji, bakalan nurut sama semua yang Papa mau." Gusta mengelus lembut punggung putrinya, haru menelusup kedalam hatinya, ia menatap Adrian yang juga menatapnya. Senyuman bangga ia berikan.

Merasa canggung dengan interaksi keluarga yang terjadi di kamar itu, Bimo berdehem pelan.
" Ehem, " mengalihkan atensi semua orang yang tengah larut dalam emosi haru di ruangan itu padanya. Ia hanya bisa tersenyum canggung pada akhirnya.

"Pa, boleh nggak Bimo ikut tinggal di sini nemenin icha, kita masih punya beberapa kamar tamu yang kosong, kan?"

"Iya, senang kalau dia mau ikut kita tinggal di sini. Biar dia bisa membantu kamu."

"Makasih, Pa." wajah Cherry sumringah.

"Ayo, sekarang kamu mandi dan beristirahat. Malam ini kita makan malam bersama, bagaimana?" Gusta bertanya kepada semua yang ada di ruangan itu.

"Yeay, makan malam istimewa," Bimo kegirangan.

"Ian sepertinya tidak bisa ikut, Pa. Karena masih ada satu urusan mendesak yang harus aku selesaikan segera."

"Baik, tidak apa-apa. Kita masih punya banyak waktu untuk makan malam bersama, bukan!?"

Bimo memasang wajah kecewa, namun segera berubah karena mendengar lanjutan dari kalimat Gusta.

"Malam ini kita akan malam untuk menyambut anggota keluarga yang telah kembali. Baiklah, kalau begitu kalian beristirahat, agar nanti malam kita bisa menikmati makan malam bersama. Papa juga mau beristirahat di kamar." Setelah mengusap lembut kepala Alisha, dan menepuk pelan punggung Adrian, Gusta meninggalkan kamar itu.

"Baru nyadar gue, AC kamar lo dingin banget sih Cha."

"Baru nyadar lo, Bim." gelak Alisha sambil berjalan menuju tempat tidurnya.

CIRCLE OF LOVE Where stories live. Discover now