33

97 12 0
                                    

Adrian muda mendengar suara rintih tangis sore itu. Hujan masih mengguyur, Adrian dengan sepedanya mencari. Siapa yang menangis di bawah hujan?

Didapatinya seorang gadis masih berseragam putih abu-abu bersembunyi di lekukan tembok gerbang sekolah. Tubuhnya basah kuyup oleh hujan. Ia menangis sendirian tanpa peduli dingin air menerpa seluruh seragamnya.

"Kamu kenapa?" tanya Adrian mendekat.

Gadis itu bermata bulat, berhidung kecil dengan kulit seputih susu. Menatap Adrian bak kucing kecil menatap sang induk.

"Kenapa menangis di sini?" Adrian bertanya lagi. Ia gunakan jaket yang membungkus tubuhnya untuk mencegah air hujan mengenai rambut gadis itu lagi. "Bukankah kamu ..." Adrian menahan kalimatnya melihat gadis itu berwajah ketakutan.

"Kamu yang menusuk kakak kelas menggunakan pena?" Adrian kembali melanjutkan pertanyaannya.

Gadis itu menunduk ketakutan. Adrian tersenyum. Mencoba menenangkan rasa takut si gadis.

"Tidak usah khawatir, anak perempuan yang kamu tolong sudah memberikan kesaksian, di situ kamu hanya menolong meskipun upaya menolong itu menggunakan cara yang cukup ekstrim," ungkap Adrian seraya tersenyum.

Gadis itu masih terdiam, kini menatap Adrian sungguh-sungguh.

"Aku Adrian, aku adik dari gadis yang kamu tolong, terima kasih karena telah menolongnya." Adrian memperkenalkan diri seraya menyodorkan telapak tangannya.

Gadis itu masih membisu, Adrian tersenyum dan mencoba meminta si gadis untuk tidak khawatir lagi.

"Jangan takut, kamu tidak bersalah," ucap Adrian.

Gadis itu pun akhirnya menerima uluran tangan Adrian. Sembari menyebutkan namanya. "Cherry, Cherry Yustanagara."

***

Kenangan itu terkuak kembali. Ingatan Adrian melayang saat perkenalan pertamanya dengan Cherry. Cherry muda yang berani tapi pengecut. Saat itu, seorang teman Alisha hendak melakukan hal yang tidak baik terhadapnya.  Cherry memergoki aksi itu dan dengan cepat ia menancapkan pena di tangannya ke kepala siswa mesum itu. Kepala siswa itu berdarah-darah. Alisha berteriak dan Cherry kabur.

Bahkan sampai keluarganya dipanggil pun, Cherry tidak muncul. Orang tua siswa laki-laki yang ditikam itu hendak melaporkan aksi penyerangan Cherry ke polisi. Untungnya Alisha menceritakan kejadian yang sebenarnya. 

Jika orang tua siswa itu melaporkan Cherry, Alisha pun tidak segan-segan untuk melaporkan tindakan siswa laki-laki itu ke yang berwajib. Alhasil, mereka tidak lagi menuntut. Namun, Cherry masih belum ditemukan. Adrian lah yang menemukan Cherry bersembunyi di lekukan tembok gerbang sekolah, dan mengantar Cherry pulang untuk pertama kalinya.

Karena itu, Adrian berharap Cherry tidak lagi bersembunyi. Ia harus mengakui dan menyatakan alasan pembunuhan yang ia lakukan. Sepedih apa pun hukumannya nanti, haruslah Cherry lalui dengan bijak. Ia sudah bukan anak kecil lagi.

"Bagaimana? Apakah Chery sudah ketemu?" Interkomnya berbunyi. Adrian melambatkan laju mobilnya dan menjawab suara sari interkom itu.

"Belum, aku masih menyisir jalan di sekitar bandara, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaannya." Adrian melaporkan keberadaan Cherry. Jelas, Cherry tidak ke luar negeri sesuai perkiraan. Ia memang diantar sopir pribadinya ke bandara. Namun, setelah turun Cherry berhasil pergi dari sang sopir, menaiki sebuah taksi. Dan dari rekaman CCTV di ujung jalan, Cherry turun dari taksi dan berjalan kaki. Entah ia hendak ke mana. Tidak tampak lagi sosoknya.

"Yang di rekaman CCTV itu bukan Cherry!" tukas suara dari interkomnya.

"Apa?" Adrian tidak percaya.

CIRCLE OF LOVE Where stories live. Discover now