1. Pertemuan

11.3K 628 84
                                    

"Heh kutu kupret!"

"Dih! Apaansih!"

"Lo yg apaan! Ngapain deketin cowok gue?!"

"Lah? Gue? Maksud Lo gue deketin Anji?"

"Iyalah! Siapa lagi!"

"Ahahahha! Najis! Siapa juga yg deketin dia! Dianya aja yg deket-deket sama gue!"

"Halah! Dasar pelakor!"

"Mau apa Lo!"

"Ribut lah yok!"

"Lah ayok! Gas!"

"Tangan gue panas nih mau nampol pipi pelakor!"

"Tangan gue juga udah gatel pengen jambak rambut tukang fitnah!"

"Ish! Dasar!!!"

"Majuu!!!!"

"Haaaa!!!!!"

"Sofia! Halen! Stop!"

Belum sempat aku menjambak rambut si tukang fitnah, Zora sahabatku malah menahan kami.

"Apasi Zor?!" Tanyaku kesal.

"Kalian berdua tuh berantem terus! Liat situasi dong! Ini di kantin! Kalo ada guru dateng gimana? Gak bosen apa dipanggil BK? Seenggaknya kalo mau berantem tuh ya di tempat sepi gitu loh."

Aku menarik nafas berkali-kali untuk meredam emosiku. Betul juga kata Zora. Bagaimana jika ada guru dan aku kembali dipanggil BK?

Memang posisiku akan aman di sini sebagai murid. Berhubung Papa memang menjadi salah satu alasan Sekolah Menengah Pertama ini tetap berdiri. Segalanya akan aman jika ada duid.

Tapi bukan berarti akan selalu aman, aku jadi seenaknya mencari keributan di sini. Aku masih punya akal yg waras ketimbang si tukang fitnah itu. Halen.

Dia perempuan paling menyebalkan di sekolah ini. Kami sering bertengkar hanya karena masalah yg menurut orang lain sepele.

Perlu dicatat! Menurut orang lain! Jika menurut kami, masalah yg kami permasalahkan ini tentu saja besar.

Seperti tadi, dia menuduhku sebagai pelakor. Apa tidak kurang ajar? Hanya karena Anji pacarnya itu berbincang denganku, Halen langsung menyimpulkan bahwa aku berhubungan dengan Anji.

Anji sendiri memang kadang menyebalkan. Dia selalu mendekatiku padahal masih berstatus pacaran dengan Halen. Anji.... Anji... Boleh kutambah -ing setelahnya? Anjing! Maap.

Kembali ke permasalah kami saat ini. Aku duduk kembali di kursiku, dan mengabaikan Halen yg terus ngamok.

"Sofia! Jangan seenaknya dong!!!"

"Berisik ah." Ucapku santai sembari memakan bakso yg belum habis.

"Hush! Sana pergi!" Usir Adel sahabatku yg lain.

"Hush hush!" Begitupula Zora. Mereka sama-sama mengusir Halen untuk pergi.

Halen menghentakkan kakinya lalu pergi karena mungkin merasa kalah tak ada kawan. Rasain!

"Gue ingetin ya sama Lo, Sof. Please banget ini mah, jangan terlalu diladenin orang kayak si Halen. Ujung-ujungnya Lo juga yg susah. Harus diceramahin guru lah, bokap sama nyokap Lo lah. Apa gak capek?"

"Tapi Zor, gue tuh kesel kalo udah dipancing kayak gitu."

"Ihhhh Lo jangan kepancing lah Sofiaaa... Kek belut aja kepancing! Mau kayak belut hah??? Hah??? Gak mau kan??? Mangkannya diem!"

Aku hanya memutar bola mata malas mendengar ocehan Adel.

Apa kata mereka memang benar. Mungkin lain kali, aku harus bisa sedikit mengontrol emosiku saat berhadapan dengan Si Tufit. (Tukang Fitnah)

Deja VuWhere stories live. Discover now