30. Lagi Dan Lagi

1.2K 196 14
                                    

Pertanyaan dari wanita cantik itu, sungguh membuat Sofia dan Margo semakin panik.

"Sofia, katakan yang sejujurnya sama Papa dan Mama." Suara berat Richard, terdengar sangat datar.

"A-aku cuma main doang di supermarket. Kalo langsung pulang, aku suka gabut di rumah, gak ada siapa-siapa."

Richard menghela nafas. "Yakin cuma main?"

Sofia mengangguk pelan.

"Papa gak tau kenapa kamu jadi gini, Sofia. Kamu sekarang jadi bohongin kita kayak gini. Ibra udah ngasih tau semuanya, tentang kamu yang sering ke sana, dan tentang hubungan kamu sama--" Pria itu mengalihkan tatapannya pada gadis yang duduk di sebelah Sofia. "--Margo. Kalian ada hubungan lebih kan? Kalian....pacaran?"

Kalimat terakhir, membuat mereka tercekat.

"P-papa lebih percaya Kak Ibra ketimbang aku?" Sofia masih berusaha mengelak.

"Papa gak akan ngomong kayak gini tanpa bukti." Richard mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan beberapa foto dan video yang Ibra ambil ketika pria itu melihat Sofia dan Margo sedang bermesraan. Entah saat dirinya diam-diam memperhatikan dua gadis itu di dalam supermarket, entah saat mereka berada di dalam mobil, ataupun saat Margo sedang berkunjung ke sini. Semua Ibra abadikan dalam kamera ponselnya, dan menangkap momen-momen yang sekiranya bisa membuktikan, bahwa hubungan kedua gadis itu bukanlah sekedar teman ataupun adik-kakak.

Untuk kali ini, Sofia tak bisa mencari alasan untuk menutupi itu semua. Dalam foto dan video itu, sudah terjelaskan bahwa mereka memang memiliki hubungan lebih. Entah bagaimana bisa, Ibra dengan beraninya membuntuti atau bahkan mematai-matai mereka. Mungkin saja, selepas mengantar Sofia untuk menemui Margo, Ibra tak langsung pulang, dan saat dirinya akan menjemput Sofia, sebenarnya ia sudah ada di tempat mereka berada dan berpura-pura mengatakan pada Sofia bahwa ia sedang di jalan. Ah~ lelaki itu terlalu cerdik, licik, bahkan nekat.

Margo sangat yakin, Ibra melakukan ini demi dirinya sendiri. Ia ingin Margo dan Sofia putus, lalu ia akan mengambil kesempatan itu untuk bisa mendekati Sofia. Dulu, Margo sempat berpikir, tak apa jika hubungan mereka harus kandas seperti ini. Tapi sekarang, ia tak mau hal itu terjadi. Ia sudah sangat menyayangi dan mencintai Sofia. Ia tak ingin kehilangan gadis yang dicintainya lagi.

"Apa kamu masih mau ngelak?" Richard menaruh ponselnya di atas meja. Tubuhnya condong ke arah Sofia, menatap anak gadisnya itu dengan intens. "Kenapa kamu kayak gini?"

Sofia tak berani menatap netra hitam ayahnya itu. Ia takut, benar-benar takut. Richard memang tak pernah memarahinya dengan keras. Tapi untuk masalah ini, bukan tidak mungkin pria itu akan meledak.

Atensi Richard, kembali teralihkan pada Margo. "Dan kamu. Kenapa kamu menjalani hubungan itu sama anak saya? Kamu tau? Sofia anak yang baik, dia polos, dan bahkan tak pernah berpacaran sekalipun. Lalu sekarang, Sofia malah berpacaran sama kamu, seorang wanita. Kamu ini sudah dewasa Margo, dan Sofia masih anak-anak. Apa kamu tidak berpikir bahwa kamu ini sudah membawa anak saya ke jalan yang salah? Saya tidak peduli dengan siapa yang kamu sukai, pria atau wanita, saya tidak peduli. Tapi, bukan berarti kamu harus menyukai anak saya dan memacarinya. Saya harap kamu mengerti maksud ucapan saya ini." Pria itu kembali menatap sang anak. "Kalian akhirin hubungan kalian sekarang juga, di depan kami. Dan kalo Papa sampai tau kamu sama Margo masih berhubungan, Papa bisa ambil tindakan lebih lanjut."

Sofia menegakkan kepalanya, ia menggeleng kuat. "Gak mau... A-aku sayang sama Kak Margo... Hiks." Ia mulai menangis.

"Kamu masih pelajar, Sofia. Fokus dulu sama tugas kamu, yaitu belajar. Jangan berpacaran seperti ini, apalagi berpacaran dengan wanita."

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang