2. Gamon

4.8K 474 65
                                    

"Mar, nanti jangan lupa dateng ke rumah gue ya! Kalo bisa sih kita ke resto gue. Wacana mulu dari dulu! Lo gak mau apa ngerasain makan di restoran orang cakep?"

"Cakep diliat dari lobang wc. Gue mungkin bakal ke rumah Lo, tapi gak janji bakal ke resto Lo. Pulang kerja nanti, gue sibuk."

"Halah! Sibuk apa? Tidur?"

"Tau aja Lu."

"Ahahahahha! Yaudah deh! Pokoknya nanti usahain harus bisa mampir ke rumah gue."

"Iya."

"Okayy! Bye, Margo!"

"Hem, bye..."

Tut!

Aku kembali menaruh ponsel ke dalam saku, setelah Lila - sahabatku memutuskan sambungan telepon.

Ku dudukkan pantatku pada kursi yg ada di balik meja kasir ini. Lalu menunggu pembeli untuk membayar belanjaannya.

Aku menegakkan tubuhku saat melihat 3 anak SMP hendak membayar.

Brak!

Salah satu dari mereka menjatuhkan keranjang. Aku menyipitkan mata kala gadis itu menatapku tanpa kedip.

Ku panggil namanya berkali-kali sampai akhirnya dia sadar dari lamunannya.

Saat sedang menscan barang belanjaan mereka, tiba-tiba aku teringat sesuatu. Sesuatu yg memang akan selalu aku ingat dan sulit untuk kulupakan.

Mengapa gadis yg menatapku itu mirip dengan dia? Bukan bukan! Bukan mirip wajahnya, tapi mirip gelagatnya. Dan,,, tatapan itu, belanjaan jatuh, gadis SMP..... Oh tidak! Mengapa ini seperti terulang kembali???

Aku kembali memfokuskan pada belanjaan di depanku. Mungkin ini kebetulan saja. Aku harus bisa melupakan dia.

Huft...

"Totalnya 370 ribu."

"..."

"Mar, kayaknya dia naksir sama Lo." Ucap salah satu temanku yg sedang merapikan barang jualan.

Aku hanya berdecak.

Dia masih saja diam menatapku sampai kedua temannya itu menyadarkannya.

Setelah selesai membayar, mereka langsung keluar dari dalam supermarket tempat aku banting tulang ini.

Aku sedikit memukul-mukul kepala berusaha untuk tidak teringat padanya lagi. Ayolah... sampai kapan aku akan stuck seperti ini?

Bukannya aku gagal move on atau apa, tapi setelah kepergiannya yg membuatku cukup sakit hati, aku jadi tidak pernah mencari orang baru atau bahkan melirik orang baru.

Gadis yg meninggalkanku itu, seolah telah membawa pergi hati beserta semua perasaanku. Rasanya, aku ini sekarang seperti zombie, bergerak tapi tak memiliki perasaan.

Di tambah gadis yg tadi datang ke sini, membuatku semakin teringat saja pada masalaluku.

Ku dengar, namanya Sofia. Temannya itu yg tadi memanggil namanya. Hm, gadis yg cantik dan imut. Hanya saja, sepertinya dia sedikit budeg.

***

Sudah jam 3 sore, waktunya aku pulang. Aku memang mendapat shift 1.

Ku pakai jaketku, lalu menunggu angkot di pinggir jalan. Huft, jangankan punya mobil sendiri,  motor pun belum mampu aku beli.

Setengah gaji yg kudapat, biasanya akan aku kirim kepada kedua orang tuaku di kampung. Setengahnya lagi, untuk membiayai hidupku sendiri.

Pernah terbesit di pikiranku menabung semua uang gaji agar aku bisa kuliah. Umur 28 tahun dan hanya mendapat ijazah SMP, menjadi penghambat untuk mencari kerja bergaji besar di perusahaan. Untuk itulah, aku berhenti memikirkan masuk kuliah karena rasanya, itu hanya akan buang-buang uang dan waktuku. Lebih baik aku fokus mencari uang untuk keluargaku yg berada di kampung.

Deja VuWhere stories live. Discover now