13. Pahit

1.7K 273 22
                                    

"Hah???"

Halen menarik ujung bibirnya kesal menatap Margo, "Hiiiii cakep cakep budeg!"

"Siapa tadi namanya???"

"Dilma! D I L M A ! Denger gak?!"

Margo terdiam kaku.

Dilma yg itu?

Jika benar Dilma yg Margo maksud, lalu kenapa dia dulu tidak kenal pada Halen?

Ya... mungkin memang bukan Dilma yg itu.

"Lo kenapa sih Kak???"

"E-enggak." Ia berusaha bersikap sebiasa mungkin.

"Aneh!"

"Dia nanti mau jemput Lo ke sini?"

"Enggak! Jemput gue ke luar negeri! Ya ke sini lah!"

Margo mengangguk kecil. Harus apa ia sekarang? Pulang atau menunggu orang yg bernama Dilma itu?

Jika pulang, Margo pasti akan semakin penasaran. Walaupun belum tentu kakak Halen itu adalah Dilma yg dia kenal, tapi tetap saja dia ingin melihatnya.

Mungkin tak ada salahnya menunggu.

20 menit pun sudah berlalu...

"Angkot Lo gak dateng-dateng Kak?" Tanya Halen setelah sedari tadi mereka diam.

"Belom ada." Padahal sedari tadi, angkot yg hendak Margo naiki sudah lewat beberapa kali.

"Oh..." Halen manggut-manggut. Ia sesekali melirik Margo dengan tatapan yg berbeda arti. Tak ada yg tahu apa yg sedang Halen katakan di dalam hatinya.

Saat mereka kembali diam, akhirnya mobil yg akan menjemput Halen pun datang.

Mendadak jantung Margo berdegup dengan sangat kencang. Keningnya mengeluarkan keringat dingin. Padahal, orang di dalam mobil itu belum menampakkan batang hidungnya.

Halen berjalan ke arah kaca penumpang yg ada di depan. Ia mengetuknya cukup kencang agar si pengendara mau membukakan kaca mobilnya. "Lama banget sih!!!"

Sejak mobil itu tiba, Margo terus mengalihkan pandangannya ke arah lain agar sosok di dalam mobil itu tak dapat mengenalinya.

Sang pengendara akhirnya membuka kaca mobil. "Sorry macet!"

Suara itu.... Margo sangat hafal.

"Eh jangan dulu masuk, kakak mau ke supermarket itu dulu." Sebelum Halen membuka pintu mobil, si pengendara itu lekas menjalankan mobilnya menuju pelataran parkir supermarket.

Margo semakin tak tenang saja.

"Ish! Bukannya tadi di telepon bilang! Biar aku yg beli!"

"Tadi lupa! Gak akan lama kok, bentar doang."

"Mau beli apa emang?"

"Um,,, ada lah pokoknya. Kamu kalo mau jajan ya ayo."

"Yaudah yaudah!"

Orang itu masuk ke dalam supermarket, sementara Halen berbalik menatap Margo yg berdiri tak jauh darinya. Lalu setelahnya, ia pun ikut menyusul sang kakak ke dalam sana.

Margo memegang keningnya. Ia betul-betul tak salah dengar, dan tak salah lihat. Walaupun pandangannya ia alihkan, sesekali Margo memang meliriknya. "Beneran Dilma..."

Lalu sekarang ia harus apa? Pulang dan melupakan semuanya, atau bertemu Dilma untuk sekedar menyapanya?

Margo sedikit berjalan ke arah pintu masuk supermarket, berharap dirinya bisa mendapati sosok Dilma walau terhalang rak-rak yg ada di sana.

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang