12. Cinta

1.9K 285 75
                                    

Margo terbelalak melihat Sofia yg tiba-tiba saja bangun.

"Kakkkk!!! Kakak tadi bilang apaaaa???????" Mata Sofia semakin berbinar.

"L-lo bukannya udah tidur???"

"Iya udah! Cuma aku kebangun pas tiba-tiba Kakak usap pipi aku. Aku gak salah denger kan???"

"L-lo d-denger dari bagian mana?" Selain terkejut karena Sofia mendengar ungkapan perasaannya, ia juga khawatir jika Sofia mendengar perkatannya pada bagian tunangan itu.

"Dari kalimat ini 'suatu saat gue bakal bilang tentang perasaan gue' gitu kalo gak salah inget. Trus terakhir, kakak bilang cinta sama aku! Serius kakkkk???????"

Margo meleguk ludahnya. Ada perasaan lega karena Sofia tidak mendengar pada bagian pertunangan itu. Tapi tetap saja, ucapannya yg terdengar oleh Sofia, membuatnya panik.

"Kak ih!!!" Sofia terus saja mengguncang lengan Margo, meminta gadis itu mengatakan keseriusannya.

"G-gue... Um,,, itu Lo mimpi kali!"

"Enggak! Aku denger jelas kok!"

Entah apa yg akan Margo katakan. Jujur, atau mencari alasan lain?

"Kak dari dulu aku udah berharap loh Kakak bisa suka sama aku..." Bibir Sofia manyun. "Aku seneng banget pas denger kakak bilang cinta sama aku. Gak mungkin aku salah denger..."

Melihat Sofia seperti ini, membuat Margo jadi tak tega. Tapi masa iya dia harus jujur sekarang? Apakah ini waktu yg tepat?

"Hiks."

Margo terkejut melihat gadis itu yg tiba-tiba terisak. "L-lo kenapa nangis???"

"Hiks. Kalo misalkan tadi emang aku denger itu dari mimpi-- Huaaaa! Berarti Kak Margo emang belum cinta sama aku..." Sofia semakin menangis.

"Eh jangan nangis! Ini udah malem!" Margo semakin panik.

"Kakak emang gak bakal suka sama aku ya? Hiks. Dari dulu aku terlalu berharap sama Kakak... Hiks. Harapannya sampe kebawa mimpi gini... Hiks. Tau gak sih rasanya ngeharepin sesuatu yg emang gak bakal kita dapetin tuh rasanya emang sakit... Hiks. Aku sadar kok Kak kalo aku ini bukan tipe Kakak. Aku dari dulu udah deket-deket sama Kakak dan bikin Kakak risih, aku sadar. Maaf deh... Aku gak bakal gini lagi. Aku gak mau ganggu Kakak lagi. Kalo misal Kakak ngerasa gak enak deket-deket sama aku, Kakak bisa bilang. Aku gak mau Kakak ngerasa tertekan deket sama aku. Hiks. Aku mau lanjut tidur. Siapa tau mimpi tadi masih bisa dilanjut." Sofia kembali merebahkan tubuhnya dengan nyaman, memejamkan matanya dan berharap bisa mendapatkan cintanya walau hanya lewat mimpi.

"Sofia..." Margo menatap gadis yg mulai memejamkan matanya itu.

Sofia kembali membuka mata. Raut wajahnya meminta Margo untuk mengatakan maksud dari memanggil namanya itu.

"Umm,,, Lo gak salah denger. Tadi juga bukan mimpi."

Mata Sofia membulat. Ia duduk dan menatap Margo lekat-lekat. "Gimana???"

Sungguh, mendengar ungkapan Sofia tadi, membuat Margo semakin tak tega. Sebegitu berharapnya gadis itu pada Margo, sedangkan Margo sendiri, malah membuatnya terjatuh karena harapannya sendiri.

Mungkin, ini juga saat yg tepat untuk dirinya jujur. Ia tak mau jika suatu saat harus menyesal karena Sofia sudah tak bisa ia miliki lagi. Membayangkan Sofia tunangan? Akh... Mengerikan! Walaupun hal itu masih lama terjadi, tetap saja tak ada yg tahu jika nanti tiba-tiba Ibra atau siapapun itu menembak, atau bahkan melamar Sofia dengan mudahnya. Sedangkan dirinya, harus dirundung rasa penyesalan karena tidak berterus terang tentang perasaannya itu.

Deja VuWhere stories live. Discover now