33. Love This Place

1.4K 203 46
                                    

Sofia diam sejenak. Lalu, ia pun kembali angkat suara. "Gak tau juga sih ya..." Matanya menatap Margo penuh harap. "Aku gak mau sama dia, Kak... Bantuin akuuu... Kakak harus bisa bujuk Papa sama Mama. Bilang ke mereka, kalo aku bakal bahagia, cuma sama Kakak! Ya???"

Margo menatap gadis itu. Tentu saja ia tidak bisa membujuk orang tua Sofia dengan berkata seperti itu. Jangankan membiarkan Sofia bersama dirinya, hanya bertemu dengannya saja, orang tua Sofia sudah melarang. Ia menghela nafas berat, lalu diakhiri dengan gelengan kecil.

"Terus, kalo Kak Ibra emang bener, Kakak mau biarin aku sama Kak Ibra gitu???" Tanyanya dengan nada kecewa.

Jika bisa, Margo pun tak ingin membiarkan gadis yang dicintainya, menempuh hidup baru dengan orang lain. "Mau gimana lagi. Mungkin Papa kamu milih dia, karena dia orang yang tepat buat kamu." Ya, dia lebih baik menyerah daripada mengacaukan kehidupan Sofia dan membuatnya bertengkar dengan orang tuanya. Hidup gadis itu masih panjang, dan kedepannya, Sofia harus memiliki pendamping hidup yang semestinya. Walaupun ia tahu Ibra adalah orang yang menyebalkan, tapi mungkin pria itu lebih cocok untuk Sofia ketimbang dirinya.

Sofia menganga, semakin kecewa dengan keputusasaan Margo.

"Oh iya, bukannya kamu bentar lagi ulangan?" Lebih baik, Margo menghindari percakapan tadi terlebih dahulu.

"Males!"

"Tapi kan kamu harus belajar. Ke sini juga gak bawa buku. Besok pulang aja ya sama Lila."

Mata Sofia membulat. "Gak!!! Aku mau di sini sama Kakak! Aku gak mau pulang sampe Papa Mama gak larang-larang aku lagi buat ketemu bahkan pacaran sama Kakak!"

Gadis itu sangat keras kepala. Margo tak bisa membiarkan Sofia lebih lama di sini. Sekolahnya juga sangat penting. Terlebih, ia sebentar lagi akan memasuki tingkatan sekolah baru, SMA. Sofia harus rajin belajar. Jika di sini terus menerus, bagaimana gadis itu akan belajar lalu mengikuti ulangan?

"Aku udah gak peduli sama sekolah, keputusan Papa Mama, ataupun segala kehidupan aku di Jakarta. Kalo Kakak bakal tinggal di sini, aku juga tinggal di sini!" Lantas, Sofia pun membaringkan tubuhnya menghadap samping--membelakangi Margo.

Mungkin sekarang ia dengan mudahnya berkata seperti itu, tidak akan pulang dan meninggalkan kehidupannya hanya agar bisa bersama Margo. Tapi, kenyataan yang akan ia hadapi, tentu tak semudah apa yang ia katakan. Terlebih, Sofia hanyalah gadis di bawah umur yang masih diawasi oleh kedua orang tuanya, belum bisa menghidupi diri sendiri, dan belum bisa mengurusi segala kebutuhannya sendiri. Mau tak mau, pasti kehidupannya yang sekarang, akan ada campur tangan dari Richard dan Oliv sebagai orang tuanya.

Untuk saat ini, Margo hanya bisa pasrah menuruti apa kemauan gadis itu. Mungkin, untuk beberapa hari ke depan, ia akan membiarkan Sofia tinggal di sini terlebih dahulu. Lalu untuk seterusnya, ia akan membawa kembali Sofia ke kota tempat tinggalnya, sekaligus mencari pekerjaan baru agar ia bisa mengirim uang untuk orang tuanya. Ya, Margo sedang menganggur sekarang. Tidak mungkin ia mengambil cuti selama ini hanya untuk menghindari gadisnya--yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pekerjaannya itu. Sebetulnya, sulit untuk mengundurkan diri dari sana. Selain karena ia sudah betah menjadi kasir di supermarket itu, ia juga tidak tega jika harus meninggalkan teman-teman kerjanya, terutama Wina yang sudah mengetahui masalah hidupnya. Teman-temannya pun sempat melarang Margo untuk pergi. Tapi, keputusan Margo untuk pulang kampung, sudah bulat saat itu. Dan di sinilah ia sekarang, di tempat lahirnya dan hanya membatu Ibunya mengurusi urusan rumah, seperti membersihkan rumah, mencuci, maupun memasak. Ia juga tidak bisa terus-terusan mengandalkan gaji ayahnya yang hanya bekerja sebagai kuli panggul. Walaupun ia masih punya tabungan, tapi tabungannya itu tidak akan bertahan lama jika dirinya terus menganggur seperti ini.

Deja VuWhere stories live. Discover now