26. Kok?

1.2K 199 54
                                    

Margo's Pov

Dilma tersenyum walau aku tahu hatinya pasti sangat sakit. "Aku bakal tetep sayang sama Kakak sampe kapanpun itu. Aku gak janji bakal bisa ngilangin rasa cinta aku ke Kakak, tapi aku bakal berusaha."

Aku tak ingin melarang Dilma untuk tetap mencintaiku. Tapi aku hanya tidak ingin jika dia harus terus-terusan menahan rasa sakit itu. Bagaimanapun juga, aku tidak bisa kembali lagi padanya. Hatiku sudah terisi nama Sofia, dan aku tidak akan mungkin mengecewakan Sofia. Aku ingin Dilma juga bisa melupakanku dan mencari orang yang bisa membuatnya bahagia. Tak seharusnya dia merasakan penderitaan ini. Aku bukan orang yang tepat untuknya. Dilma harus bisa mendapatkan orang yang tepat dan juga terbaik untuknya. She deserves to be happy.

Ia berdehem sembari menunduk. "Kakak minta aku ke sini cuma mau ngomongin ini? Kalo gak ada yang mau diomongin lagi, aku mau pulang."

Selain meminta maaf, tujuanku ke sini juga untuk menanyakan tentang Manda. Ku harap Dilma tidak keberatan jika aku bertanya tentang gadis itu. "Aku...mau tanya sesuatu."

"Iya apa?"

"Um,,, kamu...tau di mana Manda?"

Dilma nampak terkejut. Pupil matanya membulat. "K-kak Manda ada buat masalah sama Kakak??? Dia udah ngapain??? Dia gak macem-macem kan???"

Aku menghela nafas. "Dia sempet sekap aku waktu itu." Gadis di depanku ini semakin terkejut. "Tapi tenang aja, dia gak ngapa-ngapain." Ucapku diakhiri senyuman tipis.

"B-benaran gak diapa-apain???"

"U-um, dia cuma sekap aku aja. A-aku ngelawan, makannya bisa kabur." Mungkin berbohong sedikit saja tidak apa-apa.

"Ya ampun... Syukur kalo Kakak gak kenapa-napa. Trus gimana sekarang Kak Manda-nya? Ada dateng lagi gak?"

"I-itu..." Bagaimana aku memberitahunya? Tak mungkin aku memberi tahu Dilma soal apa yang telah aku lakukan bersama Manda, dan soal Manda yang mengirim Sofia foto disaat aku melakukan itu. "A-aku nanya kamu soal kebaradaan dia, karna aku mau kasih dia pelajaran."

Dilma memegang keningnya. "Mending jangan deh, Kak. Kak Manda itu bahaya, orangnya nekad banget! Kalo misal dia dateng lagi gangguin Kakak, mending Kakak lapor polisi aja atau panggil orang-orang sekitar gitu."

Jika masalah ini hanya menyangkut aku dan Manda, mungkin aku akan melupakannya. Tapi, di sini Sofia juga mulai dilibatkan. Bukan tidak mungkin gadis itu akan meneror Sofia lagi hanya karena aku.

"Gak apa-apa. Gak usah lapor-lapor kayak gitu. Dia cuma butuh dikasih sedikit pelajaran. Kalo kamu tau alamat atau nomor teleponnya, tolong kasih tau aku ya."

Dilma diam sejenak, seolah sedang berpikir. "Aku gak punya nomor hp nya. Aku juga gak tau alamat rumahnya. Tapi, aku tau akun instagramnya. Bentar." Ia mengeluarkan ponsel dari tak selempang kecilnya. Lalu, ia pun menyalakan ponsel itu, dan mulai berkutat mencari akun Manda. "Nih, Kak."

Aku membaca nama akun itu. Baiklah, mungkin cara satu-satunya menghubungi gadis itu, lewat aplikasi ini. Aku mengangguk, "Makasih ya."

"Iya sama-sama." Dilma kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Um,,, itu aja sih yang mau aku omongin." Aku memainkan jariku, merasa masih bersalah atas semuanya. Mungkin tampak luar, gadis itu memang ceria, tersenyum, dan bahagia. Tapi tak ada yang tahu dibalik senyumnya itu, ada rasa sakit yang harus ia tahan. "S-sekali lagi aku minta maaf."

Dilma menghela nafas. "Udah, Kak... Kakak gak usah ngerasa bersalah kayak gini. Semuanya udah berlalu kan? Lupain aja."

Berlalu? Iya, memang kisah kita sudah berlalu. Perasaanku padamu juga sudah berlalu. Tapi bagaimana dengan dirimu sendiri? Kau masih mempunyai rasa itu. Rasa yang akan membuatmu tersakiti.

Deja VuМесто, где живут истории. Откройте их для себя