13

6.1K 714 30
                                    

Hai, katering makan malam sudah diantar ke rumah masing-masing, ya.

Kalau ada rasa yang kurang mohon disampaikan.

Menu besok segera diinfokan.

-Eva-

Huahahhahaha

Apa kabar kalian?

Aku sekalian mau kasih kabar kalau ...

ADA CINTA DI JENDELA RUMAH TETANGGA dan INGIN BAHAGIA sudah sampai chapter 13 di KARYAKARSA.

Terima kasih untuk yang sudah kasih dukungan. I love youuuu.

Yang punya akun di KARYAKARSA, boleh dong mampir dan follow aku di sana. Mana tau kalian minat untuk baca dua kisah itu di sana J

Eva baru saja mengantarkan kepergian Tama. Ia berdiri di anak tangga pertama dan berteriak memanggil putra sulungnya. Beberapa kali memanggil, remaja itu baru menampakkan diri.

Tangannya bergerak meminta si sulung untuk menghampirinya. Samudera tahu apa yang akan dikatakan bundanya. Ia tak berhenti tertawa melihat raut wajah sang Bunda yang berkacak pinggang seraya menatapnya.

"Abang tadi apa-apaan, sih? Ngomong kayak begitu di depan Ayah," ucap Eva kesal.

"Yang mana, Bunda?" kilah Samudera. "Yang soal Om Bram?"

"Iya. Bunda nggak enak sama Ayah."

"Biarin aja, Bunda. Ayah aja bebas mau berhubungan sama siapa aja. Bunda jangan mau kalah."

"Jangan ngaco deh, Bang. Lagipula siapa itu Om Bram," ucap Eva. "Abang kenal Om Bram di mana?"

"Nggak tau, Bunda. Asal sebut aja. Biasanya kan yang terkenal itu Om Bram, Om Broto atau ... Om Marco. Mereka sudah pasti keren, jauh lebih keren dari Ayah. Biar Ayah sekalian minder," kekeh Samudera. "Aku lapar."

"Tadi disuruh makan nggak mau," gerutu Eva.

"Ada Ayah. Nafsu makanku hilang, Bunda."

Eva kembali tenggelam dalam kesibukannya. Mbak Maryam membantu. Kedua anaknya baru saja pulang. Kotak bekal makanan kotor pun dikumpulkan.

Hari sudah semakin sore. Bagusnya, semua pesanan sudah diantar. Samudera membantu Pak Rahmat untuk mendistribusikan ke rumah para pelanggan. Pulangnya, mereka membawa rantang-rantang kotor bekas katering makan siang. Eva berbagi tugas dengan Mbak Maryam. Wanita itu mencuci rantang-rantang kotor, sementara Mbak Maryam membersihkan dapur. Sebentar lagi makan malam. Semua harus sudah selesai agar mereka bisa menikmati kebersamaan.

Masih ada sisa lauk-pauk yang cukup untuk mengenyangkan perut semua orang di rumah ini. Eva selalu melakukan hal ini setiap kali memasak pesanan. Dipikir sudah tak punya tenaga kalau harus memasak lagi. Beruntung anak-anak tak rewel. Kalau dirasa lauknya kurang, meminta Mbak Maryam untuk menggoreng sosis atau nugget adalah jalan ninja yang ditempuhnya.

Semua berkumpul di ruang makan. Tak terkecuali Mbak Maryam dan Pak Rahmat. Sebelumnya, di rumah lama, keduanya memang makan terpisah—di dapur. Namun sekarang, keduanya adalah bagian dari keluarga. Sudah sepatutnya keluarga makan bersama di satu meja, kan?

"Bunda, besok bekalnya apa?" tanya si bungsu di sela makan malam.

"Makan dulu, Dek!" tegur Samudera. "Kamu sudah ngomongin soal bekal besok."

"Abang!" rengek Terra.

"Sudah. Jangan berantem. Besok Bunda bawain nasi sama tumis capcay ayam, ya. Tambahannya sosis dan nugget goreng. Mau?" Sang putri mengangguk. "Mau bawa susu kotaknya sekalian?"

Tentang Sebuah KisahWhere stories live. Discover now