29

7.6K 771 95
                                    

ALOHAAAAAAAAA.

MAU KASIH TAU KALAU BESOK ITU CHAPTER TERAKHIR ALIAS ENDING VERSI WATTPAD YAAAA.

YEAYYYYYY.

ENDNG WATTPAD BEDA SAMA ENDING VERSI CETAK?

JELAS DONGGGGGG.

HUAHAHHAAHAHHAHAH

DAHLAH BACA DULU.

GOSAH GALAU SOAL GIMANA BESOK. HUAHAHHAHAH

"Mungkin hatinya masih terluka karena perbuatan mantan suaminya, Le. Eva butuh waktu untuk pulih."

Ibram tak pernah absen menceritakan pertemuannya kembali dengan Eva sejak hari pertama pada sang Ibu. Wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini pun sama senangnya. Namun, karena kondisi kesehatan suaminya yang sering drop, mereka belum bisa datang berkunjung ke Jakarta. Jadilah beberapa oleh-oleh untuk Eva dan kedua orang tuanya dititikan pada Ibram.

Hari ini adahal hari kepulangannya dari Semarang. Belum sempat pulang ke rumah, ia justru menjadikan rumah Eva sebagai tujuan pertamanya. Sayangnya, wanita yang dicarinya tak ada di rumah. Pun dengan anak-anak. Samudera main bola, Sagara masih tidur karena kelelahan sehabis sekolah dan Terra pengajian sore di mesjid kompleks.

Di dekatnya sudah terhidang secangkir kopi hitam panas dan sepiring bakwan sayur. Mbak Marni bilang, kebetulan bakwan sayur jadi salah satu menu untuk makan malam hari ini. Mbak Marni juga sempat menawarinya makan, tapi ditolak. Ibram lebih senang menahan lapar agar bisa makan bersama Eva dan ketiga anaknya.

"Bram," panggil Eva lembut. Ibram sedang menikmati pemandangan sore di teras belakang rumah Eva sambil bersenandung kecil lagu cinta pun sedikit tersentak kaget saat pundaknya disentuh. "Sudah lama?"

"Belum, kok," jawabnya. Ia menepuk sisi kosong bale bambu di sebelahnya. "Duduk sini, Va. Kamu dari mana? Mbak Mar bilang kamu pergi ke luar."

"Dari rumah tetangga beda blok. Mau pesan masakan untuk acara besar, katanya." Wanita itu teringat akan beberapa bungkusan di atas meja makan. "Kamu bawa oleh-olehnya banyak banget. Koper kamu juga di luar. Nggak bawa mobil?" tanya Eva. Laki-laki itu menjawabnya dengan gelengan. "Dari airport langsung ke sini?"

"Iya. Dari airport langsung ke sini. Sudah kangen banget mau ketemu sama kamu," canda Ibram yang berhasil memunculkan semburat kemerahan di kedua pipi Eva. Laki-laki itu tersenyum bahagia. Setidaknya, Eva tak keberatan dengan guyonannya. "Ibu titip beberapa barang untuk kamu. Ada juga untuk Om dan Tante. Beliau titip salam untuk kalian semua. Sejak pertemuan kita, aku selalu cerita ke Ibu. Beliau senang dan minta diantar kalau main ke Jakarta."

Menanggapi cerita Ibram, Eva hanya mengangguk. Selang beberapa detik, Ibram menangkap wanita yang duduk di sebelahnya menghela napas beberapa kali. Apa yang terjadi? Beban berat apa yang sebenarnya dipikulnya?

"Kamu kenapa?" tanya Ibram. Di dalam hati, ia sudah bersumpah tak akan mendesak kalau Eva tak ingin membagi tahu. Ia tak ingin membuat Eva menghindarinya lagi. "Kalau mau cerita, aku dengarkan. Kalau nggak mau cerita, aku berdoa semoga semua masalahmu cepat selesai."

Lagi-lagi Eva menghela napas. Ibram merasakan gelenyar aneh saat Eva meraih telapak tangannya. Wanita itu mengusap telapak tangan Ibram dengan lembut. Laki-laki itu dibuat sedikit ngeri saat melihat Eva yang tiba-tiba tersenyum. Ada apa, nih?

"Terima kasih karena kamu nggak pernah gentar, Bram. Kamu sabar menghadapi dan menunggu aku sampai saat ini. Kamu benar-benar nunjukkin perhatian kamu ke aku dan anak-anak." Eva berhenti bicara untuk sesaat. Ditatapnya kedua manik Ibram yang masih setia memperhatikannya. Wanita itu tersenyum seraya mengusap lembut pipi Ibram. "Kamu bilang mau bantu aku untuk ngelupain semuanya, kan? Masih mau bantu aku?"

Tentang Sebuah KisahWhere stories live. Discover now