17

5.9K 806 88
                                    

Wehhhhh

Ada apa di chapter sebelumnya woyyy?

Komentar rame beneeeeeeeer

Dua hari ke depan aku agak lama ya updatenya.

Aku panitia lomba 17an nih.

Tempatku baru ngadain lomba, dongggg.

Huahahhaha

Cuss dibaca.

Enjoy!

EH, SEKALIAN MAU KASIH KABAR. "SCENT OF LILY " OPEN PO SEPTEMBER YAAAAAAK. DITUNGGU KABARNYAAAAA

Yang mau baca SCENT OF LILY monggo. Kali ada yang belom pernah baca. Kali juga ada yang mau ngulang sampe ngelotok. Mau dihapusssss. Yukkkkk.

Eva terkesiap saat melihat kedua anaknya yang tiba-tiba ada di rumah. Wanita itu mengintip ke belakang, mencari sosok yang seharusnya bertanggung jawab penuh menjaga anak-anaknya. Bukan mobil Tama yang dilihat, tapi justru ada mobil lain yang terparkir di depan rumah. Ia sama sekali tak melihat Tama, bahkan batang hidungnya sekali pun. Seketika ia merasakan jantungnya yang berdebar lebih cepat. Mungkinkah Sagara dan Terra pulang tanpa sang mantan suami?

Keduanya terlihat begitu kelelahan, terutama Terra. Gadis kecil itu seperti baru saja bangun dari tidur. Rambut hasil kepangan sang Bunda terlihat berantakan. Entah kenapa, ia merasa begitu meradang melihat keadaan anak-anaknya.

"Bunda, tolong bayar taksi online-nya dulu," ucap Sagara. "Aplikasiku nggak ada saldonya. Uangku juga nggak cukup."

"Iya, Sayang. Kita masuk dulu. Bunda mau ambil dompet."

"Kenapa, Va?" tanya Arjuna penasaran. Laki-laki itu kebetulan sedang datang berkunjung dengan keluarga serta kedua orang tuanya. Ia tak kalah terkejutnya mendapati dua keponakannya di rumah. Padahal, dari informasi yang Eva berikan, keduanya sedang pergi bersama Tama. "Kalian sudah pulang?"

"Nanti, Mas. Aku mau bayar taksinya dulu."

"Mereka pulang naik taksi? Ayah kalian ke mana?" tanya Arjuna kesal. "Kalian nggak diantar Ayah?"

"Mas ...." Eva menggeleng pelan ke arah Arjuna. Ia tak ingin anak-anaknya yang terlihat begitu kelelelahan dimbombardir begitu banyak pertanyaan dari omnya. "Pelan-pelan."

Sagara dan Terra sudah bergabung dengan yang lainnya di ruang tengah saat Eva kembali. Mbak Maryam datang membawakan minuman dan camilan untuk mereka. Keduanya terlihat kelaparan.

Sebenarnya, ia dan semua orang yang ada di sana merasa begitu penasaran dengan apa yang terjadi. Namun, melihat betapa lahapnya mereka menikmati camilan, rasanya Eva tak tega untuk langsung bertanya. Wanita itu juga mengirimkan kode pada yang lainnya untuk bersabar dan tetap menutup mulut.

Bunyi sendawa yang bersahutan terdengar. Rupanya mereka sudah kenyang. Eva tak boleh gegabah. Ia masih belum tahu apa duduk permasalahannya. Eva berbisik pada sang Kakak. Dirinya yang akan bertanya langsung.

"Kak ... Dek, Bunda boleh tanya sesuatu?" ucap Eva hati-hati. Wanita itu memposisikan dirinya duduk di tengah-di antara kedua anaknya. Diusapnya puncak kepala mereka dengan lembut. Sagara dan Terra kompak mengangguk. Ia merasa sedikit lega. "Kok kalian pulang berdua? Sudah selesai jalan-jalan sama Ayah?"

"Sudah, Bunda," sahut Sagara. Terra hanya memperkuat dengan sebuah anggukkan.

"Kalian diajak ke mana sama Ayah?" tanya Eva. "Happy banget pastinya, kan?"

Tentang Sebuah KisahWhere stories live. Discover now