04

7.4K 1.5K 632
                                    

            "Beliau meminum obat tidur dalam dosis tinggi." Dokter Albert menekan dada milik laki-laki itu, "Lukanya cukup parah, terutama di bagian kepala dan perut. Saya menduga kecelakaan tersebut disengaja."

"Aku tidak peduli." Arthea duduk di samping pria yang entah siapa namanya, "Aku harus pergi. Ini sudah tiga hari dan dia belum sadar."

Arthea sudah mengelilingi Bugafi selama tiga hari. Ia jalan dari ujung selatan, ke utara, lalu kembali lagi ke penginapan. Tidak hanya sampai di sana, Arthea juga menyusuri seluruh rumah yang dekat dengan pantai, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan nafas dewi miliknya.
Mau tidak mau, Arthea harus pulang.

"Anda tidak bisa pergi begitu saja."

"Sudah berapa kali aku bilang, kalau aku tidak kenal orang ini."

Pemilik penginapan tidak mau tahu, "Anda yang membawanya ke tampat saya. Saya mohon, setidaknya kalau Anda pergi... bawa dia. Kami tidak menerima orang sakit."

Arthea menatap wajah Dokter Albert, berharap dokter itu mau membawanya ke klinik.

"Lukanya sudah jauh membaik. Saya yakin besok atau dua hari lagi, dia sudah sadar."

Arthea semakin kesal, "Yasudah, kau yang urus."

"Tidak bisa. Apalagi Anda tidak membayar biaya kunjungan saya tempo hari."

Arthea terperangah. Uangnya hanya tinggal beberapa koin. Laki-laki ini hampir menghambiskan dua genggam koin emas yang Arthea bawa.

"Saya sudah dengar dari orang-orang. Katanya, Anda berkeliaran di Bugafi."

Dokter Albert menimpali pemilik penginapan, "Kecelakaan orang ini jelas dimanipulasi. Barang dan benda berharga di sekitarnya juga hilang. Anda yakin tidak kenal?"

"Tunggu? Kau mencurigaiku?"

"Bukan seperti itu, Lady... Hanya saja—"

"Sudahlah!" Arthea melepas anting miliknya, lalu memberikannya ke Dokter Albert. Tiga hari berurusan dengannya, membuat Arthea sadar betapa matrealistisnya orang ini. Pikirannya hanya uang dan uang. "Aku hanya akan menunggu sampai besok. Jika dia belum sadar, itu tanggung jawabmu sebagai dokter."

Alih-alih menjawab pertanyaannya, Dokter Albert malah memeriksa anting permata yang baru saja ia berikan. Karena kesal, Arthea mendorong tubuh dua orang laki-laki itu untuk keluar dari kamar. Rasanya kepalanya akan pecah, karena pusing. Uangnya habis dan nafas dewi miliknya tidak ada di Bugafi.

"Seharusnya aku biarkan saya orang ini mati." Arthea mendekat, lalu memeriksa luka yang ada di perut dan kepala pria itu. Seperti apa yang dikatakan Dokter Albert, lukanya membaik.

Karena hari sudah malam, Arthea mengelap tubuh orang itu dengan air hangat. Tadi pagi, ia tidak menitipkan uang, sehingga perawat tidak datang.
Setelah selesai, Arthea masuk ke tempat pemandian. Ia sangat kotor karena berkeliling kemana-mana. Uangnya juga habis untuk membeli informasi. Untuk itu, Arthea memindahkan pria ini ke ruangan yang sama dengannya.

Sudah hampir tengah malam, Arthea mengeringkan rambutnya yang basah. Seluruh tubuhnya pegal, karena jalan puluhan kilo meter. Mungkin ada beberapa orang yang terlewat, namun ia benar-benar berusaha menemui seluruh pria di Bugafi.

Segala cara sudah Arthea lakukan, mulai dari menyewa orang, sampai datang sendiri. Ia hampir tidak tidur. Semuanya Arthea lakukan demi menjelajahi Bugafi secepat mungkin. Namun, semuanya sia-sia.

"Aku akan berterima kasih, kalau kau mau muncul di hadapanku!" Arthea  berseru kesal. Ia menaruh handuk di kursi, lalu beranjak untuk tidur. Namun, ketika ia membalik wajahnya, tatapannya bertemu dengan pria yang kini berusaha menyandarkan tubuhnya di ranjang.

The Legend of Arthea : Punishment and PenanceWhere stories live. Discover now