17

4.2K 754 303
                                    

Akhirnya, parade musim dingin telah usai. Bangsawan yang tinggal di istana, mulai mengemasi barang-barang mereka, lalu pulang ke wilayah masing-masing. Arthea pun mengeratkan syalnya, lalu turun dari tangga.

"Tidak ada yang ketinggalan, kan?"

Pelayan yang ikut bersamanya menggeleng, "Sudah dikemas semua, Duchess."

Arthea pun masuk ke kereta kuda. Di dalam sana, ada Jenov yang masih setengah sadar. Kemarin malam, pria itu mabuk berat. Arthea sudah menyuruhnya istirahat dan pulang esok hari Namun, entah kenapa, Jenov bersikeras untuk meninggalkan Istana secepat mungkin.

"Kau cemburu ya, pagi-pagi Castor menemuiku, makanya kau minta pulang?"

"Hayalanmu sangat bodoh," ujar Jenov. Pria itu memejamkan matanya, lalu bersandar di kereta.

Arthea berdecak. Padahal, jelas sekali, nafas dewinya menguar ke mana-mana. Suaminya itu bahkan pura-pura lewat beberapa kali di teras depan saat Arthea minum teh bersama Castor.

Aneh. Tapi, entah kenapa Arthea menyukainya.

"Tenang saja, aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Castor."

Jenov menyeringai, "Jelas, mana mau Castor dengan gadis cerewet yang banyak tingkah."

Arthea berdecih. Ia menarik selimut di belakang, lalu menggulung tubuhnya supaya hangat. "Kurang tebal selimutnya. Ayo, pelukan."

"—Jen... ayo..."

Jenov refleks menjauhkan tubuhnya dari Arthea. Namun, tanpa pria itu sadari, aroma nafas dewi menguar kemana-mana. Aromanya sangat manis, yang artinya pria itu salah tingkah.

Arthea tertawa. Gemas juga orang ini.

Akhirnya, sepanjang perjalanan, Arthea semakin semangat menggoda Jenov, hingga pria itu kesal dan ingin menuruninya di jalan.



***



"Katanya, ayah mertua datang?" tanya Jenov. Setelah perjalanan dua hari, mereka sampai di perbatasan wilayah Astran dengan Pelabuhan Topia yang menjadi penghubung Arenberg.

"Iya, ayah datang saat subuh. Setelah parade selesai, dia langsung pulang ke Astran."

"Kenapa buru-buru?"

"Kau tidak tahu? Ibu tiriku melahirkan."

Jenov kaget. Ia bahkan tidak ingat Azalea hamil.
"Apa sebaiknya kita ke sana?"

"Kau tidak sibuk?"

Jenov teringat pesan Emir yang menyuruhnya cepat kembali, mengingat ada beberapa laporan yang belum diselesaikan.

"Tidak."

"Ya sudah, kita ke sana sebentar. Ayah pasti senang."

Jenov mengangguk. Akhirnya, kereta kuda diarahkan ke utara menuju Astran. Ada banyak toko di pusat kota. Jenov pun turun untuk membeli hadiah. Ada beberapa perhiasan dan kain sutera berkualitas tinggi.

"Kau mau?" tanyanya.

Arthea menggeleng. Perhiasannya sudah sangat banyak.

Karena buru-buru, mereka langsung menuju ke kediaman Marquess Larry sebelum matahari tenggelam. Arthea sudah sangat lelah. Tanpa sadar, ia tidur di bahu Jenov, hingga pria itu membangunkannya dengan pelan saat mereka sampai di depan rumah.

"Kenapa sepi?" tanya Jenov.

Arthea mengendik. Mereka langsung masuk ke dalam rumah. Saat sampai di dalam, ada banyak sekali pengawal. Arthea tentu saja bingung. Untuk apa orang-orang berkumpul di ruang tengah?

The Legend of Arthea : Punishment and PenanceWhere stories live. Discover now