16

6.8K 984 441
                                    

Parade musim dingin diadakan dengan sangat meriah. Ada banyak sekali bangsawan dari seluruh wilayah bertebaran di pusat kerajaan Slovia. Alih-alih parade untuk meningkatkan perekonomian, ajang ini sebenarnya hanya ambisi Putra Mahkota untuk mengemis dukungan politik. Kabar pemberontakan terdengar dari pangeran kedua dan beberapa bangsawan memihak kepadanya. Mungkin, Castor sedikit terusik. Sejak mereka tiba di istana, pria itu menyambut bangsawan dengan baik.

Jenov sama sekali tidak peduli. Siapapun raja yang memimpin, ia akan pergi berperang jika diperintah. Itu kenapa, setelah acara pembukaan, Jenov dan teman-temannya langsung keluar dan duduk di kedai yang cukup jauh dari keramaian.

"Topeng sialan." Ares melepas topeng yang menutupi matanya. Semua orang memakai topeng dan itu membuatnya pusing.

"Skala pesta Putra Mahkota bukan main. Aku bahkan melihat ayah mertuamu. Kau tidak menyapa Marquess Larry, Jen?

"Aku tidak tahu dia datang."

Damian menghela nafas, "Jika pangeran kedua memberontak, kalian dipihak mana?"

"PM Castor." Helios menjawab tanpa berpikir panjang.

Damian mengernyit, "Bukannya kau tidak suka Castor?"

"Pangeran kedua bajingan."

Ares terkekeh. Ya, siapa yang tidak tahu gen keluarga kerajaan? Dari semua keterunan pangeran, tidak ada satupun yang normal. Mereka semua brengsek dan tolol. Hanya Castor yang sedikit beradab. Untuk itu, pria itu dilantik sebagai Putra Mahkota meskipun sakit-sakitan.

"Jen, Castor tahu tidak kalau kau sempat berpacaran dengan Janettha?"

"Tahu." Bukan Jenov yang menjawab, melainkan Helios. Pria itu menatap temannya, "Apa yang sebenarnya ada di otakmu? Kau kira orang lain tidak tahu?"

Jenov diam.

"Kau sudah mendapatkan Arthea. Sudahlah... jangan berurusan lagi dengan Janettha."

Ares mengendik, "Ada-ada saja. Kau kira teman kita selingkuh?"

"Siapa tahu." Helios terkekeh.

Ya, teman-temannya memang tidak tahu, tapi Helios tahu sesuatu. Saat makan bersama keluarga kerajaan kemarin malam, Helios mendengar suara hati Janettha. Gadis itu berencana memasukkan obat tidur ke dalam minuman suaminya untuk menemui Jenov di malam hari.

Helios menyelidiki mereka, ia berdiri di balik tembok saat pagi harinya Janettha menemui selingkuhannya itu.

'Aku ingin berduaan denganmu, tolong, masukan ini ke minuman Artheandra.' Gadis itu memberi Jenov beberapa butir obat, 'Saat berhubungan dengan wanita itu, kau sudah memberinya obat'kan? Aku tahu kau tidak tega untuk membuatnya mandul, tapi itu semua harus dijalankan, Jen. Arthea harus mandul agar kau bisa menceraikannya.'

Tubuh Helios tersentak. Sejak dulu, ia tidak bisa mendengar suara hati Jenov. Itu kenapa, Helios berpikir pria itu menikahi Arthea karena perjodohan, lalu akan belajar mencintainya pelan-pelan. Ia tidak menyangka temannya punya rencana untuk kembali berhubungan dengan mantan kekasihnya.

Wanita itu juga menyerahkan obat tidur dan meminta Jenov memberikannya ke Arthea. Jenov tidak bicara sepatah kata pun. Pria itu mengambil obat yang diberikan Janettha, lalu memasukkannya ke dalam saku celana.

Kini, mata Helios menatap saku temannya itu, 'Sial! Seharusnya dulu aku pacaran saja dengan Arthea.'

Helios menyesal menolak Arthea ketika gadis itu mengajaknya berkencan. Jika saja ia menerima, mungkin sekarang mereka sudah punya anak.

"Setelah aku lihat-lihat, Duchess cukup menarik. Jika kau berniat bercerai, kabari aku secepatnya."

Ares bingung, "Kenapa?"

The Legend of Arthea : Punishment and PenanceWhere stories live. Discover now