06

7.5K 1.4K 394
                                    

Suara ketukan pintu terdengar nyaring, Jenov pun bergegas keluar dari tempat pemandian. "Tuan... ini saya!"

Jenov langsung membuka pintu itu. Tetasan air membasahi rambutnya, hingga jatuh ke bahu. "Seharusnya suruh pelayan." Di depannya sekarang terlihat seorang laki-laki tua yang membawa tas besar. Wajahnya terlihat panik. Jenov pun menarik tangannya untuk masuk ke dalam.

"Nyonya Cellie marah besar!"

"Itu kenapa aku tidak berani pulang."

Jenov langsung mengambil baju yang dibawa Emir. Sudah tiga hari sejak pembatalan pertunangan, ia tidak pulang ke Duchy. Alasannya apa lagi kalau bukan menghindari amukan Ibunya.

"Percuma, Nyonya Cellie sudah mulai memilih calon lain. Beliau tidak akan berhenti sebelum Anda memberinya seorang cucu."

"Yasudah, selama bukan keluarga Marquess Larry."

Emir duduk di depan Tuannya. Ia ingin menyuarakan pendapatnya, namun suaranya tertahan di ujung lidah. Tuan Jenov sudah banyak menderita. Namun, apa yang akan beliau lakukan pada calon istrinya benar-benar salah.

"Padahal salah satu keingan saya, Anda menjalani pernikahan yang bahagia."

Jenov mengendik, "Mau bagaimana lagi."

Pria itu berdiri, sembari mengambil sesuatu di laci. "Tolong, berikan ini ke Marquess Larry."

Emir memeriksa surat itu. Ada beberapa dokumen perizinan tambang yang sudah disahkan oleh Kerajaan Slovia.

Jadi, selain militer, kekuatan utama Arenberg ada di sektor tambang. Wilayah mereka memiliki tambang emas murni dan biji besi. Saking banyaknya, Arenberg memegang kepercayaan dari kerajaan Slovia untuk mengurus beberapa tambang lain di luar kekuasan Duchy. Berbeda dengan Astran, wilayah tersebut pernah merusak pertambangan, hingga menelan korban jiwa. Izin pengelolahan tambang pun dicabut. Itu sebabnya Marquess Larry yang membeli salah satu tambang dari hasil lelang, tidak bisa membuka tambang miliknya.

Di samping kedudukannya sebagai bangsawan, pria itu hanya pembisnis biasa. Berbeda jika ia bisa menjadikan Jenov de Arenberg sebagai menantu. Izin tambang akan dengan mudah diberikan, mengingat kepercayaan kerajaan terhadap Arenberg sangatlah besar.

"Saya tidak menyangka Anda rela melakukannya demi Marquess Larry." Setahu Emir, Tuannya paling malas meminta bantuan ke pihak kerajaan.

"Aku hutang budi kepada anaknya."

"Nona Elina?"

"Bukan, Lady Artheandra."

"Aaaahhh... yang itu." Emir tersenyum tipis, "Saat saya mengantarkan surat pembatalan pertunangan, Lady Arthea memaki Anda."

Jenov mengernyit, "Apa katanya?"

"Saya akan dipecat, jika kata seperti itu keluar dari mulut saya."

Jenov geleng-geleng kepala. Tidak heran, mengingat gadis itu bahkan memasukkan roti bekas gigitannya ke mulut orang asing. Bahkan ketika di kereta, dia menaikkan kakinya dan tidur seolah-olah di depannya bukan seorang manusia.

Jenov tidak mengerti pola pikir gadis itu. Dia sama sekali tidak bisa ditebak. Bahkan reaksinya ketika Jenov muncul pertama kali tidak terlalu bagus. Ia pikir gadis itu akan langsung meminta maaf atau membahas pertemuan mereka waktu itu. Namun ternyata, Arthea hanya melotot sebentar, lalu bersikap biasa saja.

"Rumor tentang gadis itu sangat berlebihan."

Emir mengangguk, "Beliau selalu dicaci maki di pergaulan kelas atas."

The Legend of Arthea : Punishment and PenanceWhere stories live. Discover now