18

4.5K 790 278
                                    

             Salju yang semalam turun dengan sangat lebat, membuat para pelayan sibuk membersihkan halaman rumah. Arthea harus menunda keberangkatannya, karena jalanan yang sangat licin. Apalagi, saat musim dingin para bandit akan bertebaran di sekitar hutan. Sangat berbahaya, mengingat pengawal yang lain pulang lebih dulu ke Arenberg.

"Jenov mana?" Arthea sadar jika ia bangun terlalu siang. Ditutupnya tirai kamarnya yang sejak tadi menampilkan orang-orang yang sibuk membersihkan salju di halaman rumah.

"Tuan Duke bicara dengan Ayah Anda tadi pagi." Margareth meletakkan sarapannya di meja, "Sarapan dulu, Duchess."

"Aku sudah menyuruhmu pensiun. Kenapa
masih di sini?" Margareth sudah mengabdi di kediaman Marquess Larry sejak Artheandra belum lahir. Sekarang, dia sudah sangat tua untuk bekerja.

Wanita itu terkekeh, "Tabungan hari tua saya belum cukup. Mungkin satu tahun lagi, Duchess."

Arthea mengambil beberapa emas yang diberikan Jenov untuknya. "Aku diberi uang banyak oleh Jenov. Kau ambil saja."

"Duchess... tidak usah."

Arthea mengendik. "Bawa saja." Di antara semua pekerja, Artheandra hanya dekat dengan Margareth. Jadi, tidak ada salahnya ia berterima kasih ke wanita itu, "kau harus mengumpulkan banyak uang. Sekarang ini, apa-apa serba mahal."

Margareth Tersenyum tipis. Sejak kapan nonanya tahu harga barang-barang? Beliau selalu membeli sesuatu tanpa melihat harga.

"Terima kasih, Nyonya." Margareth mengambil emas yang diberikan nonanya itu, " Kapan Anda pulang ke Arenberg?"

"Besok pagi. Jenov sepertinya sibuk."

"Suami Anda sangat baik. Dia yang menyuruh saya membawakan sarapan ke kamar. Bahkan, menu-menunya dipilihkan oleh beliau."

Arthea senyum. Pantas, makanan hari ini sangat sesuai dengan seleranya.

Setelah sarapan, Arthea langung turun ke bawah. Jenov tidak terlihat dimanapun, sehingga Arthea harus mengelilingi rumah. Sampai akhirnya, pandangannya bertemu dengan Jenov yang berjalan beriringan dengan Elina.

Arthea berniat turun ke sana, namun bisik-bisik beberapa pelayan membuat langkahnya terhenti.

"Tuan Duke lebih cocok dengan Nona Elina. Lihatlah, Nona sangat cantik. Untuk apa juga beliau menikah dengan Nona Artheandra?"

"Ck! Kau tidak tahu? Itu semua gara-gara ilmu hitam. Rumornya sudah menyebar kemana-mana."

Arthea mengernyit. Dua orang itu berhenti mengelap kaca jendela.

"Kau ingat tidak, sebelum menikah dengan Tuan Duke, Nona Artheandra lama tidak pulang? Aku dengar-dengar, dia berkelana mencari penyihir untuk memikat Duke of Arenberg."

Arthea mengerjap. Seingatnya, ia mencari nafas dewi miliknya di segala penjuru wilayah. Kenapa jadi penyihir?

"Sejak saat itu Tuan Duke dibutakan oleh cinta. Matanya melihat Nona Artheandra secantik dewi. Apa namanya kalau bukan sihir? Orang waras tidak akan menikahi Artheandra, di saat di depan matanya sudah ada Nona Elina."

"Wah, pantas! Dari dulu aku tidak suka padanya."

"Iya, kasihan Nona Elina. Dia wanita paling cantik di kerajaan Slovia. Tapi, entah kenapa nasibnya jadi seperti itu."

Pelayan tersebut mengangguk, "Tidak hanya wajahnya, hati Duchess juga busuk."

Arthea geleng-geleng kepala. Ia langsung turun ke arah tangga, sehingga dua orang itu tersentak kaget. "Nyonya!"

The Legend of Arthea : Punishment and PenanceWhere stories live. Discover now