20

2.9K 761 212
                                    

halo, karena aku libur 2 hari 10-11, aku mau update lagi di tanggal itu. chapter ini ramein, ya!



***




Jenov tidak ingat kapan tepatnya Nyonya Cellie mulai menunjukkan tanda-tanda depresi. Apa sejak awal kelahirannya, atau sejak Ayahnya meninggal? Dalam ingatan Jenov, Ibunya selalu baik. Dia akan tersenyum padanya dan merawatnya ketika sakit. Namun, ketika ia tidak lihat, Ibunya menatapnya dengan bengis, lalu mengumpatinya.

Puncaknya, ketika ayah meninggal, Ibu semakin ganas. Dia sering mengamuk dan berkata buruk. Jenov tidak mengerti. Rasa cinta yang Nyonya Cellie berikan padanya tidak terasa sama sekali. Sampai akhirnya, kata-kata yang beliau ucapkan ketika mengamuk mulai mengganggu Jenov.

"PERGI!!! PERGI!! KAU BUKAN ANAKKU." Wanita itu mengatakannya berulang kali.

Jenov yang kini duduk di depannya menangkis serangan Nyonya Cellie, "Seharusnya kau tidak di sini..." Dia memegang kepalanya lalu berteriak histeris.

"Dimana anakku? Emir, bawa anakku kemari!"

Emir hanya diam, mereka semua menyangka itu hanya kata-kata asal karena pikiran Nyonya Cellie sedang kacau. Kata-kata itu bukan hal baru dan sudah sering diucapkan.

Namun, berbeda dari sebelumnya, Jenov menatap ibunya datar tanpa ekspresi apapun, "Saya tahu. Tolong berhenti."

"—saya tahu Anda bukan Ibu kandung saya. Tenangkan diri Ibu, berhenti membanting barang."

Emir mengernyit, "Tuan—"

"Kau ikat dia. Arthea sudah diobati'kan?"

"Tuan... apa maksudnya?"

"Aku tanya, Arthea sudah diobati?"

"Sudah."

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Jenov langsung pergi dari ruangan itu. Dokter yang ada di kamar pun mengikat Nyonya Cellie.

"Di mana wanita itu?" tanya Jenov.

Emir menyerahkan sapu tangan untuk membersihkan darah yang ada di tangan Tuannya. "Siapa, Tuan?"

"Lauren."

"Di Pavilliun. Beliau datang bersama anaknya."

Langkah Jenov terhenti, namun... itu tidak terlalu lama. Pria itu langsung jalan lagi ke meja kerja miliknya. Emir pun mengikuti Tuannya dari belakang.

"Tuan, Anda tahu'kan... saya sudah mengabdi di kediaman Duke jauh sebelum Anda lahir. Anda memang anak Nyonya Cellie." Emir menatap Tuannya yang kini duduk di kursi kebesarannya, "Nyonya Cellie mengatakan hal-hal buruk karena dia depresi. Meskipun awal hubungan beliau dengan Ayah Anda, karena Nyonya Lauren mandul, tapi—"

"Emir, kau sudah sering cerita."

Jenov mengambil dokumen yang ia tinggalkan tadi. Ya, konon, sebelum ia lahir... Ayahnya dan Nyonya Lauren adalah sepasang suami istri yang telah dijodohkan dari mereka dalam kandungan. Mereka menikah saat usia anak-anak. Sampai akhirnya, 15 tahun pernikahan dan usia Duke telah matang, Nyonya Lauren belum hamil.

Dokter menyatakan dia mandul. Namun, ayahnya—Duke Kielain de Arenberg menyembunyikan fakta ini dari istrinya. Dia tidak ingin Lauren bersedih. Akhirnya, diam-diam Kiel menjalin hubungan dengan teman istrinya, Cellie.

Tak lama setelah perselingkuhan, Cellie hamil. Kiel pun menceritakan ini pada istrinya, dengan niatan mengambil anak Cellie sebagai anak mereka yang akan meneruskan Arenberg. Namun, reaksi Lauren tidak seperti yang Kiel duga.

The Legend of Arthea : Punishment and PenanceWhere stories live. Discover now