09

7.8K 1.4K 539
                                    

Seperti yang sudah dijanjikan, siang harinya, Jenov datang ke penginapan. Pria itu membawa surat-surat yang telah disiapkan sebelumnya. Arthea membacanya secara seksama. Bagaimanapun, kontrak mereka berkaitan dengan uang.

Ketika bercerai nanti, Jenov akan memberinya sejumlah harta sebagai kompensasi. Jumlahnya mampu membuat Arthea membulatkan mata. Seberapa kaya sebenarnya Jenov de Arenberg?

"Kau ada syarat lain?" tanyanya.

"Supaya Ibumu tidak curiga, aku harap nanti kita tinggal bersama."

"Sudah jelas, kau akan tinggal di kastilku."

"Bukan, maksudku, sebaiknya kita tidur di kamar yang sama."

Jenov mengangguk, "Ada lagi?"

Arthea kembali membaca beberapa poin yang Jenov tuliskan. Sejauh ini, persyaratan dari pria itu tidak banyak. Dia hanya meminta Arthea menjaga rahasia tentang perselingkuhannya dengan Jannettha.

"Ngomong-ngomong... Ibumu bagaimana? Dari segi fisik, aku jauh di bawah Elina. Kau yakin Ibumu akan setuju?"

"Selama orang itu wanita, Ibuku tidak masalah."

"Ck! Kalau aku jadi Jannettha, aku akan langsung memilihmu. Untuk apa menikah dengan Castor, jika ujung-ujungnya bercerai?"

"Ibuku tidak menyukai Jannettha."

"Kenapa?"

"Kau tidak perlu tahu."

Arthea mengendik, memangnya siapa yang peduli? Ia pun mengambil pena dan menandatangani surat perjanjian yang ditulis Jenov.

Hari sudah menginjak siang, dan Ayahnya pasti sudah tahu bahwa Arthea pergi dari rumah. Ia memijat keningnya, kali ini alasan apa yang harus ia buat? Semua orang akan memakinya, karena mencuri tunangan Elina.

Bahkan, adiknya itu masih sedih perihal Jenov memutuskan pertunangan secara tiba-tiba, dan sekarang, kakaknya malah bertunangan dengan orang itu, "Aaahh... sial! Padahal reputasiku sudah buruk, sekarang aku malah mencuri tunangan Elina."

Jenov memandang wajah wanita yang ada di depannya ini, "Sejujurnya kau menyelamatkan Elina. Aku berencana menikahinya, lalu memberinya ramuan kontrasepsi. Setelah lebih dari satu tahun, aku akan menceraikannya dengan alasan mandul."

"—namun, saat tahu Elina adalah adikmu, aku berubah pikiran."

"Kau memang bajingan." Entah apa yang ada di otak mereka sampai merencanakan sesuatu yang gila. Namun, apa boleh buat? Arthea tidak punya pilihan lain. Ia pun bangun dari tempat duduknya, "Kalau begitu, aku tunggu kedatanganmu." Pria itu harus melamarnya secara resmi.

"Aku akan datang besok."

Arthea mengangguk. Lebih cepat lebih baik.

"Ada sesuatu yang kau minta?" ujar Jenov.

Arthea menggeleng, "Aku belum pernah dilamar. Beli saja sesuatu di pasar, lalu bawa ke rumah." Arthea mengambil mantel miliknya, "Kau bayar penginapannya, aku pergi dulu."

"Uang yang kemarin?"

Arthea mengangkat gaunnya, "Aku belikan gaun. Sudahlah... lagipula uangmu banyak." Tanpa basa-basi, gadis itu pergi begitu saja.

The Legend of Arthea : Punishment and PenanceTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon