8 - TUMBLER HITAM

642 129 143
                                    

HAPPY READING!💗

oOo

Daisy berjalan menaiki tangga sekolahnya menuju lantai 4 diikuti Sofia di belakangnya. Kini, kedua remaja dengan almamater OSIS itu berdiri berhadapan di koridor yang menghubungkan antara kelas IPA dan IPS.

Mereka terengah-engah karena menaiki tangga dari lantai 1 hingga lantai 4. Sebenarnya, sekolah ini memiliki lift. Tetapi, lift itu hanya digunakan untuk para guru saja. Memang tidak adil. Andai saja sekolah ini milik Daisy, pasti dia akan membuatkan lift untuk para murid.

"Daisy!" panggil Bryan. Cowok itu langsung berlari kecil menghampiri adiknya.

Daisy menoleh ke asal suara dan menghela napas lelah. Seharusnya, dia tidak mengajak Sofia mengobrol di koridor lantai 4. Daisy lupa jika dia sedang berada kawasan kelas 12, tentu saja ada Bryan di sini.

"Lo ngapain di sini?" tanya Bryan.

"Gue cuma lagi cari angin sama Sofia."

Bryan menyipitkan matanya curiga. "Tumben nggak sama Nesya. Lagi musuhan?"

"Apaan sih, Bang? Ikut campur urusan Daisy aja. Udah sana main sama temen-temen lo. Jangan ganggu gue sama Sofia."

"Kaizo mana, Sof?" tanya Bryan.

"Tadi sama Varen. Kayanya mereka ke kantin," jawab Sofia.

Bryan menatap Daisy, lalu menadahkan kedua tangannya. "Minta duit dong, Sy. Gue mau jajan di kantin."

"Lo pikir gue Emak lo? Lo juga punya duit kali," balas Daisy.

"Ck! Minta dikit masa nggak boleh," gerutu Bryan.

"Udah sana lo ke kantin."

Bryan langsung melangkahkan kaki meninggalkan Daisy dan Sofia untuk pergi ke kantin sekolahnya yang berada di lantai 1.

Daisy kembali menatap Sofia serius. "Tadi lo ngobrol apa sama Kak Elang?"

"Lo kenal Kak Elang?"

"Duh, cepet kasih tau gue apa aja yang kalian omongin tadi."

"Harus banget gue kasih tau lo? Emang lo siapanya Kak Elang?" tanya Sofia.

Daisy langsung terdiam mendengar pertanyaan Sofia. Dia tidak tahu harus menjawab bagaimana, karena Daisy bukan siapa-siapa Elang. Mereka hanya sekedar mengenal satu sama lain saja.

"Udah lah, Sof. Kasih tau aja, apa susahnya sih?"

Sofia menghela napas kasar. "Tapi masalah ini menyangkut orang yang udah meninggal."

"Siapa?" tanya Daisy sedikit ragu.

"Mama gue dan Bundanya Kak Elang."

Daisy terkejut mendengar jawaban Sofia. Gadis itu langsung mengajak Sofia untuk duduk pada bangku yang berada di koridor penghubung tersebut.

"Emangnya kenapa? Kalian ada hubungan apa?"

"Jadi, delapan tahun lalu ekonomi keluarga gue susah banget dan Mama gue meninggal karena sakit. Pas gue berkunjung ke makam Mama di hari kedua, ada pria yang nawarin gue duit sekitar lima ratus juta. Dengan syarat, nama di batu nisan Mama gue nanti harus diganti dengan nama istri pria itu. Dan ternyata, itu adalah nama Bundanya Kak Elang," terang Sofia panjang lebar.

Daisy semakin terkejut mendengar cerita Sofia. Dia tidak menyangka jika Ayah Elang bisa setega itu. Tetapi, mengapa Ayah Elang memalsukan identitas istrinya? Untuk apa dia melakukan pemalsuan seperti itu? Daisy sangat penasaran dan ingin membantu Elang menyelesaikan masalah ini.

CANDYTUFTUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum