17 - LUKA KECIL

526 119 141
                                    

HAPPY READING!💗

oOo

Hari minggu, waktunya Daisy mengajak Bubble jalan-jalan di sekitar taman yang cukup dekat dari rumahnya. Gadis dengan hoodie zipper berwarna hitam, tanktop berwarna putih, serta short pant berwarna hitam itu duduk di salah satu bangku yang berada di taman tersebut.

Daisy melihat jam tangannya. "Udah jam tujuh. Mana gue belum mandi. Ntar aja deh pulangnya. Gue gembel gini juga nggak ada yang peduli."

Daisy merogoh saku hoodie-nya untuk mengambil ikat rambut. Gadis itu mulai mengikat rambutnya menjadi kuncir satu. Daisy menggendong Bubble dan menaruhnya pada pangkuannya, kemudian mulai mengelus-elus bulu bubble yang cantik dan lembut.

"Cantik banget sih kamu, Bubble. Kaya yang punya. Lucu banget kalo lagi anteng gini. Gemes banget sih kamu, Bubble," ucap Daisy yang gemas kepada kucing kesayangannya.

Daisy menatap matahari yang mulai bersinar terik. "Aduh, panas banget. Pengen berenang di lautan es batu rasanya."

"Miaow..." Bubble turun dari pangkuan Daisy dan berlari menghampiri seekor burung yang baru saja mendarat di taman tersebut.

Daisy mengambil tumbler yang dibawanya dari rumah kemudian meminumnya beberapa teguk. Gadis itu memandang keadaan di sekitarnya yang terdapat beberapa orang yang sedang jogging dan mampir di taman tersebut.

Pandangan Daisy berhenti pada seorang cowok dengan kaos putih polos dan celana jogger hitam yang sangat familiar di matanya. Cowok itu sedang berlari kecil ke arahnya melewati jalan setapak yang berada di belakang bangku yang Daisy duduki.

Daisy segera berdiri dari duduknya dan memanggil nama cowok itu. "Kak Elang!"

Elang yang sedang jogging tidak menghiraukan panggilan Daisy. Cowok itu masih tetap berlari melewati taman yang panjangnya sekitar 100 meter.

Daisy ingin mengejar Elang. Namun baru 2 langkah dia berlari, gadis itu sudah jatuh tersungkur di atas jalan setapak taman. Membuat perhatian seluruh pengunjung taman tertuju kepadanya.

"Awh! Hiks, Kak Elang!" rengek Daisy.

Elang yang mendengar suara Daisy langsung menghentikan langkah dan membalikkan badannya. Cowok itu terkejut melihat Daisy yang jatuh tersungkur di atas jalan setapak. Namun, Elang tidak berminat untuk membantu Daisy berdiri dan melihat keadaan gadis itu.

Daisy mendudukan dirinya di atas jalan setapak dan melihat lututnya yang terasa nyeri. "Hiks! Lutut Daisy berdarah, Kak Elang..."

"Terus gue harus gimana?" tanya Elang malas.

"Hiks! Kakak bisa ke sini nggak?" balas Daisy di sela tangisnya.

"Kenapa? Itu cuma luka kecil. Lo bisa obatin sendiri."

"Lutut Daisy sakit. Hiks! Kak Elang ke sini dulu. Daisy nggak bisa ngejar Kak Elang."

Elang terdiam beberapa saat. Cowok itu menghela napasnya pelan, kemudian melangkahkan kakinya mendekati Daisy. Elang menggendong Daisy ala bridal style dan mendudukkan gadis itu di kursi taman yang tadi Daisy duduki.

Daisy mengelap air mata yang mengalir membasahi kedua pipinya seraya berusaha menghentikan isakan tangis.

Elang duduk di sebelah Daisy dan mengambil plester dari dalam sakunya. "Lo bawa cairan antiseptik?"

Daisy menggeleng pelan.

Elang menatap luka pada lutut Daisy dengan tatapan bingung. Bagaimana cara membersihkan luka Daisy? Cowok itu juga tidak membawa cairan antiseptik. Apakah dia harus membersihkan luka Daisy menggunakan air biasa?

CANDYTUFTWhere stories live. Discover now