47. RENCANA

144 10 2
                                    

Met malming cemuanya!

Gimana kabarnya?

Ramaikan vote dan komentar ya ❤️❤️❤️


Selamat membaca.

###

Di pagi-pagi buta seperti ini, Aldara terbangun dari tidurnya dua jam lalu. Laki-laki itu turun dari atas ranjang, mencari sesuatu yang dapat di makan. Ia sendiri pun tidak tahu mengapa rasa lapar menyerang perutnya di jam segini.

"Mana kunci kamar di bawa Jovan lagi," gumam Aldara ketika tidak berhasil menemukan sesuatu untuk dimakan di dalam tas miliknya. Membuka tas milik Jovan pun rasanya tidak etis.

Alhasil, Aldara hanya bisa membiarkan perutnya terus menerus berkeroncong di tepi kasur.

"Al, belum tidur?"

Mata Aldara seketika melebar begitu suara berat Jovan menyapa telinganya. Laki-laki itu menatap Jovan dari atas sembari tersenyum kecil.

"Udah, tapi kebangun,"

"Kenapa kebangun? Mimpi buruk, kah?" Aldara menggeleng.

Karena khawatir, Jovan pun mengubah posisinya menjadi duduk. Meski ia tidak tidur satu ranjang dengan Aldara, tetap saja, kenyamanan laki-laki itu adalah prioritasnya.

Jovan beranjak mendekati laki-laki itu.

"Kamu lapar?"

"Eng-enggak," jawab Aldara refleks.

Sial! Perut Aldara sepertinya sedang tidak bersahabat. Ketika laki-laki itu hendak mencari alasan, perut laknatnya itu justru berbunyi.

Jovan terkekeh kecil mendengar bunyi perut Aldara yang membuat ekspresi cowok mungil itu seketika berubah malu.

"It's okey, it's okey. Gue masih punya roti di tas. Mau?"

"B-boleh?" tanya Aldara dengan mimik wajah senang.

"Why not? Bentar, gue ambilin."

Jovan berjalan ke arah salah satu tasnya, yang seingat dia, dia masih memiliki sepotong roti di sana. Jovan merogoh saku tasnya. Senyumnya perlahan mengembang begitu menemukan sesuatu yang dia cari. Dengan langkah senang, Jovan segera memberikan satu-satunya makanan yang tersisa di dalam tasnya itu kepada Aldara yang kemudian langsung diterima.

"Emm.... Jovan mau?" Aldara menyodorkan sepotong roti yang sudah lepas dari bungkusnya itu, ala-ala menawari.

"Gak usah, buat lo aja," balas Jovan lalu tersenyum hangat.

"Maaf, ya, Jovan. Gara-gara aku, kamu jadi harus bangun pagi-pagi kayak gini," ucap Aldara. "Kamu tidur lagi aja, nanti aku bangunin."

Jovan tersenyum lembut. "Kalau gue nggak mau?"

"Y-yaudah, nggak usah tidur."

Balasan singkat dari bibir mungil Aldara itu, cukup sukses membuat Jovan terkekeh gemash.

Dengan langkah biasa laki-laki itu berjalan kembali ke arah ranjang yang membelakangi Aldara kemudian memejamkan mata tidak lama setelahnya.

Setelah memakan ludas roti yang diberikan Jovan, dan seusai memastikan Jovan sudah tertidur pulas, Aldara mendekati laki-laki itu dengan langkah hati-hati.

Kedua sudut bibirnya perlahan terangkat. Aldara menatap hangat Jovan cukup lama sebelum sebuah kecupan kecil ia daratkan di dahi laki-laki itu. Makasih udah jagain aku satu hari full. I love you.

BAD LOVER [End]Where stories live. Discover now