63. AKHIR

273 7 5
                                    

Wkwk lega banget akhirnya selesai.

Selamat membaca 🙆💗

Jangan lupa votenya yaaaa. Terima kasihhh <3

***

Gemuruh roda brankar semakin mendebarkan suasana. Sirine ambulans dari dua jenis mobil terdengar tidak lagi saling bersahut. Sekitar tujuh mobil berjejer mengepung area parkir Rumah Sakit Padjajaran di petang menjelang malam ini.

Belasan manusia saling menampakkan diri usai turun dari mobil polisi, ada juga yang turun dari dalam mobil Candra. Contohnya, seperti Aldara.

Aldara berjalan menuruni mobil ayahnya dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia menyalahkan dirinya atas kejadian tidak menyenangkan yang berpotensi merenggut nyawa Alexa. Namun di sisi lain, Aldara tidak mengerti. Mengapa di saat yang sudah selemah tadi, Alexa justru mengutamakan menolong dirinya daripada keselamatannya sendiri? Apa yang membuat perempuan itu mau mengorbankan keselamatan demi dirinya? Apakah itu karena dia adalah saudaranya?

Semoga keadaannya lekas membaik.

Lima orang perawat yang disiagakan mendorong brankar, serta belasan manusia yang membuntuti arah brankar itu pergi, berjalan dengan sama-sama memasang tatapan sayu. Starla yang berada di dekapan Candra itu tidak berhenti menangis. Ia membayangkan, seandainya pantai memang tempat pertemuan mereka yang terakhir, betapa hampanya hidup perempuan itu seusai itu semua.

"Berhenti. J-jangan... dilanjutkan..."

Rintihan kalimat yang lahir dari mulut Alexa sontak menghentikan langkah semua orang yang tinggal beberapa langkah lagi sampai ke ruang UGD. Beberapa pasang mata yang sedang lewat sontak menghujani Alexa dengan ribuan doa untuk kepulihan kondisi perempuan itu.

"Kenapa, Sa? Kenapa kamu minta berhenti? Kamu harus sembuh, Sa." Cerocos Starla usai menelusup ke kerumunan yang mengerubungi Alexa. Starla menggenggam erat jari-jari Alexa yang berlumuran darah. Sembari sesekali memandangi wajah pucat perempuan itu, Starla tidak berhenti menguras air matanya.

Terdengar helaan napas yang cukup panjang. Dada Alexa kembang-kempis menyuarakan sesak berlebihan yang kini organ tubuh itu alami. Alexa memandangi orang-orang di sekitarnya dengan tatapan berkaca-kaca. Perempuan itu merasa tugasnya telah selesai. Menebus segala kesalahannya di masa lalu, telah ia buktikan dengan luka-luka yang menghiasi tubuhnya saat ini.

Mungkin sudah waktunya?

"Sebaiknya kita masuk saja, Mbak. Agar tidak menggangu pasien yang lain," ucap salah seorang suster, lalu sesuai permintaan Alexa, suster tersebut mempersilahkan semua orang yang hadir untuk masuk karena ada hal penting yang ingin Alexa sampaikan di dalam.

Atmosfer di ruangan serba putih itu mendadak seperti dipenuhi kobaran api. Candra yang tidak berhenti mendekap Starla, sebisa mungkin tidak melepaskannya. Pria paruh baya itu tahu. Dari banyaknya orang yang sedang berduka, Starla-lah yang paling hancur saat ini.

Aldara bersama Jovan membuntuti Candra. Tidak lama kemudian, mereka telah menetap di posisi masing-masing tanpa memunculkan suara gaduh. Hanya ada aroma obat-obatan dan bau khas rumah sakit yang mengudara di dalam ruangan tersebut.

Sembari menunggu para perawat itu memasangkan alat untuk bertahan hidup, Starla dan Jovan maju untuk menyalurkan semangat kepada perempuan itu.

BAD LOVER [End]Where stories live. Discover now