55. HUKUMAN

274 11 0
                                    

Selamat malam. Selamat membaca cerita Alexa dan Starla yang sedang menuju puncak! ✨

Selamat berbahagia dan bersedih bersama anak-anak hebat.

Absen kehadiran kalian dengan cara memberikan dukungan, terima kasih! ✨


***

Sial itu nyata. Sial itu ada, dan ATLANTIS kini tengah merasakannya.

Perkumpulan besar ATLANTIS tengah melingkar di lapangan utama SMA Lentera Bangsa. Bukan untuk bermain-main, mereka diminta berkumpul di lapangan itu untuk menerima hukuman yang akan diberikan oleh beberapa guru. Tersangka utama, juga untuk para pemeran pendukung yang turut merahasiakan kejanggalan yang pada akhirnya terbongkar.

Benar-benar memalukan. Seluruh anggota ATLANTIS dihukum mengelilingi lapangan sebanyak sepuluh kali dengan posisi tangan yang tidak boleh lepas dari telinga. Tidak hanya sampai disitu, mereka juga diminta melaksanakan hukuman yang kedua dan ketiga setelah hukuman pertama selesai, yakni, membersihkan toilet serta mengangkat kaki dari sekolah ini.

Alexa dan teman-temannya menjalankan kendaraan masing-masing ke arah pintu gerbang. Berbagai cacian masih terus mereka dengar di sepanjang jalan, dari mulut para siswa dan juga para guru.

"Starla!" teriak salah seorang siswi berseragam SMA sama dari sudut parkiran yang masih dikerumuni siswa. Itu adalah Elsa, yang saat ini tengah berlari ke arah sepeda motor Alexa yang berada di penghujung gerbang. Sembari menangis, Elsa menerobos masuk di antara ratusan manusia yang mengerumuni tempat tersebut.

"Lo mau ke mana? Starla, jangan ninggalin gue... Alexa, Starla disini aja, ya. Gue gak mau kehilangan sahabat gue," Elsa berkata tepat saat dirinya sampai di dekat Alexa. Dia menggenggam erat-erat lengan Starla, sahabat sejatinya yang sebentar lagi mungkin akan meninggalkan tempat ini.

Perempuan bermata api itu hanya menatap kosong ke arah depan tanpa berpaling. Sementara Starla, ia turun dari atas motor dan memeluk Elsa dengan sangat erat, diringi helaan napas juga air mata yang turut menjelaskan perasaannya.

"Gue gak pergi, kok, El. Kita tetap bisa bersahabat. Kan, nanti kita bisa ketemuan dimana gitu, tapi gak di sekolah ini," kata Starla.

"Tapi gue gak mau, Star. Kalau lo pergi, gue sama siapa? Lo tau, kan, gue susah beradaptasi dengan orang baru?" balas Elsa dengan ekspresi memohon.

Starla memegang kedua pundak Elsa lalu menariknya dan membisikkan sesuatu di telinganya seperti ini, "Kan masih ada Belva, ada Naura. Kamu main aja sama dia biar gak kesepian, oke?"

"Tapi Belva gak asik, Star. Dia bawaannya emosian mulu," bantah Elsa. Starla sedikit lebih bisa tersenyum karenanya. Perempuan itu mendekatkan diri dan mengatakan salam perpisahan sekali lagi.

"Maafin gue kalau ada salah, ya. Maaf kalau selama lo berteman sama gue, lo gak bahagia. Maaf juga kalau gue belum bisa jadi sahabat terbaik buat lo. Gue sayang banget sama lo, El. Jaga diri baik-baik, ya. Gue.. pamit." Pungkas Starla kemudian menepuk pelan kedua pundak sahabatnya kemudian kembali naik ke atas motor.

Elsa meraung-raung protes. Ingin sekali dia berteriak dan memberitakan kepada semua orang bahwa Starla tidak seburuk yang mereka semua bayangkan. Andai mereka tahu, betapa berharganya perempuan itu di dalam aspek kehidupan pertemanannya yang semula biasa-biasa saja, dapat menumbuhkan warna hanya dengan hadirnya Starla.

Akan tetapi, Elsa tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak mungkin ia memberontak untuk segala hukuman yang telah diputuskan. Dia belum terlalu jauh memahami masalah ini. Elsa belum tahu seluk-beluknya. Jadi, dia hanya tidak ingin mengambil risiko karena sebuah asumsinya yang belum memiliki bukti.

BAD LOVER [End]Where stories live. Discover now