60. TIPU MUSLIHAT

127 5 0
                                    

Malem semuanya!


Chapter ini cukup membuat kenyang. So, siapkan diri sebelum membaca.

Happy reading (・▽・⊂)

***

"Jawabannya ada di dalam mobil itu, Sa."

Setelah memastikan bahwa salah satu pemilik mobil itu adalah kawanan polisi yang mengawal mobil milik Ayahnya yang membawa seorang mantan narapidana, Risa, sebagai bentuk pembebasan resmi dan pemastian keamanan, Aldara akhirnya berani angkat suara.

Alexa melepas kerah baju Aldara dari cengkeramannya. Sesuai instruksi yang dia dapat, perempuan itu kemudian berlari mengambil sepeda motornya yang terparkir di halaman bazar yang diadakan tidak jauh dari pemakaman.

Perempuan itu menaiki motornya dengan terburu-buru namun tetap tidak melupakan Starla yang menjadi penumpang kendaraannya sejak pagi.

Sementara Jovan hanya bisa melongo menyaksikan ketidakjelasan yang terjadi. Dia bahkan sudah tidak bisa lagi berkata-kata karena semua orang yang ia tanyai hanya diam dan satu persatu meninggalkannya tanpa kejelasan, termasuk Aldara yang lebih memilih naik ojek daripada diantar olehnya untuk mengejar Alexa, padahal cowok itu tahu dia membawa motor.

"ALEXA, PELAN-PELAN, AKU TAKUT!"

"PEGANGAN, STAR!"

Alexa meraih kesepuluh jari-jari Starla agar melingkar di perutnya karena dia akan segera menambah laju kendaraannya hingga di atas rata-rata.

"Ikuti mobil itu terus, ya, Pak. Sama pastikan juga motor yang di belakangnya ngikutin mereka," peringat Aldara pada babang ojek yang rela kebut-kebutan demi menuruti kemauannya supaya tidak kehilangan jejak.

Di sepanjang perjalanan, Aldara terus memanjatkan beribu-ribu doa untuk kelancaran niat baik Ayahnya dan dia hari ini.

Meski tidak dapat dipungkiri bahwa semua kebenaran nanti akan menciptakan rasa sakit yang luar biasa baginya maupun Alexa, dan kemungkinan akan memperenggang hubungan yang baru membaik di antara Alexa dan Ayahnya, Aldara tetap berharap yang terbaik untuk dua orang itu.

Kok perasaan gue gak enak, ya? Semoga semuanya baik-baik saja, batin Jovan di sepanjang jalan. Laki-laki bertubuh tinggi itu kini tengah membuntuti ke mana empat manusia itu pergi.

Terlepas statusnya yang kini belum mengetahui apa-apa, Jovan hanya berharap, semoga orang-orang yang terlibat mampu mengontrol emosinya dengan baik. Dan yang terpenting, jangan sampai masalah ini membuat renggang hubungan yang belum lama terjalin di antara mereka.

...

BRAKK!

Suara dentingan pintu dengan dinding yang dibelakangnya melengking sebegitu kerasnya, menciptakan bunyi yang begitu nyaring dan menggema di seluruh sudut ruangan tertutup itu.

Belasan pasang mata tidak ada yang tidak kehilangan fokus. Belasan manusia yang terjebak di tempat tiada penerangan itu berdiri begitu sosok yang mereka benci datang dengan tampang penuh kemenangan.

Sella, begitu mereka menyimpulkan nama manusia tanpa otak yang telah mengurung mereka berbulan-bulan tanpa makanan dan hanya ada air yang mampu mereka konsumsi.

Selama dikurung di dalam gudang, mereka hanya diperbolehkan untuk buang air kecil dan itu pun harus dalam pengawasan untuk meminimalisir kemungkinan kabur. Mandi? Itu juga tidak ada.

BAD LOVER [End]Where stories live. Discover now