BAB 15

10.7K 566 11
                                    


“Kamu hamil? Berapa bulan?”

“Tiga bulan.” Tarima menyahuti cepat pertanyaan Dirga.

Kembali, hening tercipta di antara mereka.

Ingin sekali diusir sang mantan kekasih, supaya ia bisa beristirahat.

Namun, Dirga yang menolongnya dari tiba di rumah sakit sampai masuk ke ruang inap. Tak akan sopan menyuruh pria itu pergi.

Pertemuan dengan Dirga sama sekali tak disangka.

Ternyata, rumah sakit pemerintah yang didatangi adalah tempat praktik pria itu. Mereka berjumpa tepat di bagian UGD.

“Ada yang mau kamu makan? Aku belikan.”

Tarima lekas menggeleng. “Nggak ada, Dir.”

“Makasih banyak,” jawabnya dengan sopan, walau canggung.

Rasanya sejak memutuskan kisah asmara mereka, hampir setahun lalu, obrolan apa pun yang melibatkan dirinya dan Dirga terasa akan berjarak.

Termasuk hari ini.

“Aku harus balik ke depan, banyak pasien, dokter jaga cuma tiga.”

Tarima hanya mengangguk. Merasa tak perlu berkomentar.

Dan inilah yang diinginkan sejak tadi.

Diperhatikan Dirga bangun dari kursi, lalu melangkah perlahan menjauhi ranjang pasien.

Namun tak lama, mantan kekasihnya itu justru mendekat kembali.

“Ada apa, Dir?” Tarima menjawab kebingungan, saat Dirga berdiri dengan jarak hanya sejengkal dengannya. Ia cukup terintimidasi.

“Aku belum minta maaf.”

Tarima tahu kemana arah pembicaraan.

“Aku minta maaf karena pernikahan kita harus gagal.”

“Aku tahu kamu tidak akan bisa memaafkan sifat pengecutku yang tidak bisa menolak perintah dari paman dan bibiku.”

“Mereka membuangku tiga bulan lalu karena aku menolak dijodohkan dengan anak pemilik rumah sakit.”

“Aku juga dipecat sebagai dokter tetap di sana.”

“Untung, aku diterima di sini, walau gajinya lebih sedikit.”

“Ah, aku juga sudah mengumpulkan uang untuk membantu membayar hutang kita, Tari.”

“Aku sudah melunasi semuanya.” Tarima menyahut kali ini.

Sejak tadi tak dipandang Dirga, namun ia ingin melihat bagaimana reaksi sang mantan kekasih atas pemberitahuannya. Pasti akan mengejutkan.

Netra Dirga tampak membeliak. Sudah diduga akan terkesiap.

“Kamu melunasi semua? Sejumlah 500 juta?”

Hanya anggukan pelan yang kembali ditunjukkan. Tak perlu menjelaskan apa-apa, termasuk dari mana uang didapatkan untuk membayar hutang.

Kesepakatan dengan Sadha, bagian dari rahasia yang tak boleh dibocorkan.

“Aku sudah punya 600 juta, aku akan berikan semua sebagai gantinya.”

“Oke.” Tarima jelas akan menyetujui.

Bukan matre, tapi tabungan pribadinya sudah terkuras sejauh ini membayar semua pinjaman. Jadi, jika Dirga ingin bertanggung jawab, rasanya sangat pantas.

“Maaf, aku membuat kamu menanggung semua hutang kita, Tari.”

“Terima kasih sudah melunasinya.”

Bayi Milik Suami DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang