BAB 21

11.3K 656 21
                                    

Saat turun dari taksi online, ponsel di dalam tas bergetar, panggilan sedang masuk.

Tarima tak langsung mengangkat, namun ia lebih dulu masuk ke kawasan elit apartemen yang dihuni oleh Sadha Putra Panca.

Pemberhentian dilakukan di tower satu.

Tinggal menunjukkan kartu keanggotaan ke penjaga-penjaga yang bertugas, dirinya pun diperbolehkan untuk memasuki area.

Dipilih lift naik ke lantai dimana apartemen sang suami kontrak berada. Tak ada seorang pun di dalam, ia akan bisa segera sampai.

Ponsel kembali bergetar. Sebuah panggilan masuk lagi. Tarima menebak itu dari kawan baiknya, Kenanga Weltz.

Dari dua jam lalu, dirinya beberapa kali telah dihubungi. Sang sahabat menanyakan soal keberadaan Sadha yang tak bisa ditelepon.

Jelas ditanyakan padanya, mengingat dirinya masih berstatuskan istri dari pria itu.

Terakhir bertemu dengan Sadha adalah tadi pagi di kediamannya, saat ada Dirga.

Kepergian sang suami kontrak dari rumahnya juga tiba-tiba, setelah ia memprovokasi lewat kalimat-kalimat yang amat menyindir.

Sikap Sadha bak pecundang yang suka pergi ketika mereka berdebat, tak mengherankan lagi. Sudah menjadi bagian dari tabiat pria itu.

Hingga kini, masih tertinggal rasa kesal pada sang suami kontrak. Sama sekali tidak ingin bersinggungan dengan Sadha sementara.

Namun, Kenanga butuh bantuannya untuk mengecek kondisi pria itu, setelah kedua tangan mendapat jahitan banyak semalam.

Tarima tentu harus menepikan sebentar rasa marah pada suami kontraknya. Merelakan ego dan memilih mengecek keadaan pria itu.

Apartemen Sadha menjadi tempat palinglah memungkinkan sang suami berada.

Jika kosong, maka akan dikatakan pada sang sahabat, ia tak tahu Sadha dimana.

Tidak perlu bersusah payah berusaha untuk mencari suami kontraknya itu.

"Aku ketuk saja? Apa langsung masuk?"

Tarima pun sudah berdiri tepat di depan pintu apartemen. Bimbang dalam bersikap.

Namun tak boleh lama-lama, ia harus segera berani mengambil keputusan. Diburu waktu.

Tarima lantas mantap memilih masuk dengan cara memasukkan sandi apartemen. Sadha pernah memberi tahu saat awal menikah.

Dan semoga belum berubah.

Enam digit angka pun ditekan satu per satu dengan hati-hati agar kombinasi tak salah.

Lalu, pintu berbunyi, tanda sukses dibuka.

Tarima bergegas masuk. Kaki dilangkahkan perlahan karena suasana yang gelap. Tidak ada penerangan memadai baginya.

Terpaksa lampu senter ponsel dihidupkan.

Tempat pertama disinggahi adalah ruang tamu. Kosong di setiap bagian, termasuk sofa. Tidak dilihat sosok sang suami.

Tarima melanjutkan langkah. Menyisir satu demi satu ruangan. Ia lantas tiba di areal dapur dan meja makan. Masih kosong.

Pencarian selanjutnya adalah kamar utama.

Letaknya ada di lantai dua. Apartemen milik Sadha memang bertingkat dan cukup luas. Bahkan ada juga lift pribadi.

Tarima melangkah penuh kehati-hatian dalam menapaki anak-anak tangga. Apalagi, lampu tidak hidup yang memudahkan berjalan.

Syukur, ia dapat menapak di tempat tujuan dengan baik. Lantai dua juga minim cahaya.

Bayi Milik Suami DudaWhere stories live. Discover now