BAB 28

16.9K 690 18
                                    

"Apa sudah bangun?" gumam Tarima ketika tak melihat sang suami berada di sebelahnya.

Padahal, tiga jam lalu, saat terjaga dari tidur, pria itu masih terlelap sambil memeluknya.

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Jadi, pantas rasanya Sadha telah bangun.

Tarima memutuskan untuk mencuci muka dan gosok gigi dulu sebelum keluar kamar guna mencari keberadaan dari suaminya.

Tak sampai sepuluh menit, ia pun sudah selesai dengan kegiatannya. Rambut juga disisir sebentar agar terlihat rapi.

Baru kemudian, melenggang meninggalkan ruang tidur dengan langkah pelan-pelan.

Perut yang sudah membesar, membuatnya harus berhati-hati dalam berjalan. Bagaimana pun harus benar-benar dijaga kandungan.

Pemberhentian pertama adalah meja makan. Ia kira sang suami mungkin sedang sarapan. Biasanya dilakukan sebelum pergi bekerja.

Namun tidak ada siapa-siapa.

Semua makanan untuk sarapan yang ada di atas meja juga tampak tidak tersentuh.

"Ke mana Mas Sadha?" Tarima kebingungan sendiri. Tapi, akan berusaha berpikir tenang.

"Apa sudah ke kantor?"

Di dalam hati, Tarima membantah kesimpulan yang baru saja berkelebat di dalam benak.

Masih terlalu pagi jika berangkat bekerja. Tak ada rapat mendadak mesti dihadiri suaminya.

Andai memiliki agenda kerja seperti itu, pasti sudah diberitahukan padanya semalam.

Sadha selalu terbuka dan juga menceritakan setiap kegiatan di kantor yang dilakukan.

Selama satu bulan tinggal bersama, pria itu senantiasa bersikap terbuka akan apa pun.

Sadha membuktikan janji dan memegang apa yang telah menjadi komitmen mereka berdua untuk hubungan tengah dibangun.

Sang suami juga memberikan perhatian yang tulus. Menunjukkan cinta dengan tindakan nyata, bukan dalam bentuk kata-kata manis.

Sejauh ini, perubahan yang telah ditunjukkan Sadha, mampu membuatnya perlahan luluh.

Ada rasa sayang yang mulai tumbuh di hati. Akan terus dipupuk hingga menjadi cinta untuk sang suami. Sadha pantas dicintai.

"Ke mana dia?" Tarima masih penasaran akan pencarian yang belum berhasil.

Seraya berjalan menjauh dari ruang makan, ia pun berupaya memikirkan tempat di dalam rumah mereka yang paling memungkinkan didatangi oleh sang suami.

Lalu, Tarima teringat cepat dengan ruangan bayi untuk calon buah hati mereka.

Daripada terus berasumsi, ia memutuskan segera memastikan saja langsung ke sana.

Letak kamar masih bersebelahan dengan ruang tidur utama. Hanya saja karena pintu ditutup, jadi tak terpikirkan suaminya di sana.

Tarima sampai di tujuan hitungan detik saja.

Sungguh mantap hatinya untuk masuk. Dan punggung lebar Sadha jadi objek pandang pertamanya, ketika sudah berada di dalam.

"Mas lagi apa?" Tarima langsung bertanya sebab melihat suaminya tengah beraktivitas.

Tampak sang suami kaget akan kedatangan dirinya. Mungkin tak disangka oleh pria itu.

"Mas merakit ini dari tadi?" Tarima pun lanjut mengonfirmasi, setelah melihat dengan jelas apa tengah dikerjakan sang suami.

Sadha memasang rak susun kayu untuk calon buah hati mereka. Dan baru selesai lima puluh persen kemarin malam.

Bayi Milik Suami DudaWhere stories live. Discover now