20 : Pertemuan Pertama

4K 947 445
                                    

Tidak mau ketinggalan pesawat, Sena datang dua jam lebih cepat dari jadwal keberangkatan. Sepanjang perjalanan dari rumah ke bandara, Clara terus menerus mengoceh. Ada saja topik yang dia angkat seperti tidak ada habisnya. Bahkan hal yang tidak penting pun Clara juga bicarakan, seperti bagaimana kronologisnya 'eta terangkanlah' bisa jadi viral atau yang lebih tidak masuk akal, kapan si Harry Styles akan menikahinya. Dan, apabila kedua anaknya mulai adu mulut, Mama Sena berperan penting untuk menengahi mereka. Papa Sena sendiri tidak ikut menemani karena ada dinas di luar kota.

Bandara tidak pernah sepi. Apalagi bandara di kota yang Sena tinggali sejak lahir. Suasana padat merayap dan penuh sesak sudah menjadi pemandangan sehari-hari.

"Yakin nggak ada yang ketinggalan?" tanya Mama Sena begitu mereka bertiga sudah memasuki bagian dalam bandara.

"Yakin, Ma. Mama udah bilang itu puluhan kali pas di rumah."

"Bang, ntar jangan lupa kabarin kalo udah nyampe Bandung ya! Pokoknya, jangan lupa telepon orang rumah tiap hari, sekalipun lagi sibuk sama urusan kuliah," tagih Clara dengan mata berkaca-kaca.

Sena mengacak-acak puncak kepala Clara. "Iya iya, Clara bawel."

Clara tidak kuasa menahan air matanya. Padahal sejak di taksi, Clara sudah mati-matian membendung air matanya agar tidak tumpah sampai kakaknya itu benar-benar pergi.

"Cengeng banget sih. Sini abang peluk." Sena mendekatkan diri dan langsung mendekap Clara. Sena menepuk-nepuk punggung Clara sampai tangisan Clara mereda.

"Nah, gitu dong! Jelek tau kalau nangis," ucap Sena setelah melihat Clara lebih tenang dari sebelumnya meskipun napasnya masih tidak beraturan.

Dengan suara sedikit bercampur isakan, Clara berkata, "Berhubung bang Sena udah mau pergi, nanti aku follback qsena deh."

"Telat. Aplikasinya udah gue uninstall, Dek."

"Ke-kenapa?" Kali ini suaranya sudah benar-benar kembali normal.

"Ya nggak kenapa-napa sih."

Setelah jam sudah menunjukkan pukul sembilan, Sena harus menyudahi percakapan mereka. Sena menoleh ke Mamanya yang sedari tadi hanya mendengar obrolan anak-anaknya. "Ma, Sena berangkat dulu. Mama, Papa, Clara sehat-sehat ya!" Tidak lupa, Sena mencium punggung tangan Mama dan memeluk keduanya.

"Iya. Kamu juga ya, Nak. Belajarnya yang pinter. Boleh pacaran, tapi kuliahnya jangan sampai terganggu."

"Apa sih, Ma?" kata Sena sambil tertawa kikuk. "Yaudah, Sena ke dalam dulu buat check-in. Bye, Mama. Bye, Clara bawel."

Sena pun berpisah dengan Mama dan Clara setelah itu. Tanpa singgah ke suatu tempat, Sena langsung memasuki area check-in, yang ternyata antreannya sudah mengular.

"Mas, Mas, ini antrean tujuan ke Bandung, 'kan?" tanya seorang cewek yang berdiri di belakang Sena entah sejak kapan.

Sena berbalik badan sebelum menjawab pertanyaan cewek itu. "Iya. Tuh ada tulisannya."

"Oh. Makasih."

Lalu Sena kembali menghadap depan. Setengah jam berlalu, barulah Sena mendapatkan gilirannya.

Setelah Sena mendapatkan tiket, Sena jadi merasa lega. Sena mampir ke salah satu booth yang ada tidak jauh dari posisinya untuk membeli minuman. Setelah itu, Sena baru bergegas menuju ruang tunggu.

Saking kehausannya karena antrean yang cukup panjang tadi, tidak butuh waktu lama bagi Sena untuk meneguk minumannya sampai tandas. Sena membuang gelas plastik ke tempat sampah. Kemudian, Sena berjalan menuju area waiting room.

Baru setengah perjalanan, Sena kedapatan melihat barang jatuh dari saku orang di depannya. Orang itu terlalu sibuk dengan barang bawaannya yang lain hingga tidak sadar ada yang terjatuh. Sena mengambil kartu tanda pengenal yang terjatuh itu dan sedikit mengernyit ketika membaca bagian namanya.

"Mbak!" panggil Sena.

Merasa tidak ditanggapi, Sena mempercepat langkahnya sampai keduanya bisa saling berhadapan satu sama lain.

"Mbak! Ini KTP Mbak bukan? Tadi jatuh," kata Sena seraya menyodorkan benda itu.

Cewek itu membuang napas lega lalu mengambil KTP miliknya. "Mas yang tadi? Makasih ya, Mas. Kalo hilang bisa brabe urusannya nih."

"Sama-sama."

Keduanya saling bertukar senyum singkat lalu berpencar begitu saja.

Tanpa sadar, Sena tersenyum sendiri saat mengingat nama cewek tadi.

Chelsea Wulandari.

"Kenapa bisa kebetulan banget?" kata Sena dalam hati.

Faktanya, Sena tidak tahu bahwa ada kebetulan lain yang jauh lebih mengejutkan kalau sampai dia tahu.

Bahwa cewek yang lima menit lalu dia temui adalah @ gulagula yang selalu menyita perhatiannya di Wattpad.

***

Gimana? Gimana?

Kasih satu kalimat dong buat part ini!

Btw, dukungan suara dan komentar kalian selalu dinantikan.

Makasih lho buat yang udah baca sampai sejauh ini!

Dan, tenang, ini belum tamat kok.

- misfil

Writer VS ReaderWhere stories live. Discover now