24 : Kangen Wattpad

2.9K 557 120
                                    

Tepat sebulan setelah masa orientasi mahasiswa baru digelar, Sena kembali menyibukkan diri dengan sesuatu.

Sesuatu yang dulu selalu menyita perhatiannya sampai-sampai melupakan jam makan dan tidak mengindahkan teriakan sang adik.

Sesuatu yang membuat Sena berpikir dua kali untuk tidak menyepelekan sebuah karya.

Sesuatu yang membuat Sena mengenal sosok @ gulagula, entah siapa nama aslinya.

Sena menyalakan laptop dan langsung membuka browser. Tanpa membuka website lain yang tidak menjadi prioritas utama kenapa-Sena-membuka-laptop, Sena menuliskan pada address bar dan ditekanlah tombol enter setelah ia mengucap kata 'bismillah'.

Tampak perubahan mimik wajah Sena begitu tampilan browser –nya berubah. "Wah! Bagus! Notif cuman beberapa biji."

Sesungguhnya, dulu Sena berniat untuk tidak lagi membuka akun sosial media dan juga wattpad. Tapi, mau gimana lagi, Sena takut ada yang kangen berat sama dirinya. Yang sayangnya itu tidak ada.

Dengan sedikit rasa penasaran, Sena membuka menu notifikasi. Tampilan wattpad berubah beberapa detik setelahnya. Sena terdiam sesaat, berusaha mencerna sesuatu. Sena berharap ada kabar terbaru dari @ gulagula. Namun sepertinya, makhluk itu bak hilang ditelan bumi.

@ gulagula, where are you?

"Ah, apaan sih gue? Ngapain juga mikirin makhluk tak kasat mata?! Tau ah!" Sena meng-klik notifikasi teratas, "What the ... ?! Ini si Wulandari udah posting kalo novelnya bentar lagi mau terbit aja. Kapan Balada Cinta Sambalado dinovelin juga, terus difilmkan?"

Sena kembali bertualang di dunia oranye itu, hingga melupakan jarum jam pendek mulai bergerak, dan terus bergerak.

Jari jemari Sena baru mengetikkan beberapa kalimat, yang mana itu kelanjutan dari ceritanya, Balada Cinta Sambalado. Akan tetapi, otak Sena sudah memanas. Mata Sena pun terasa berat.

Dan, tahu-tahu kamarnya mendadak gelap.

Tok tok tok!

Terdengar suara tuas pintu yang super berisik.

Sena mengangkat kepalanya yang sebelumnya terasa sangat berat. Cowok itu merenggangkan kedua tangannya ke atas. "Kok berisik banget sih?"

"Woi, Sen! Lo ngapain aja di dalam dari siang sampai jam segini? Lo nggak mati, 'kan, di dalam?" Rizal mulai terdengar semakin dramatis, "Hidup ini indah begini adanya, Sen. Jangan bunuh diri cuma gara-gara banjir tugas, presentasi, sama praktikum dong, Sen!"

"Jal, gue masih hidup, tenang aja. Bentar lagi gue keluar," seru Sena sebelum Rizal melaporkan keresahannya kepada pihak berwajib, nanti bisa ramai kos mereka. Sena melakukan shutdown pada laptop kesayangannya, tidak peduli masih ada program yang menyala, lalu segera keluar kamar.

"Alhamdulillah, lo masih bernyawa, Sen," ucap Rizal sok terharu sambil memeluk Sena, "Gue takut lo ntar kayak film Final Destination."

Sena segera melepaskan pelukan Rizal sebelum ada teman-teman satu kos mereka yang melihat tingkah aneh keduanya.

"Memangnya ada adegan mati di kosan?" tanya Sena sedikit penasaran. Pasalnya, ia belum pernah menonton film Final Destination mulai dari yang pertama sampai yang teranyar.

"Nggak tahu juga sih. Mungkin ada."

"Yeee! Itu sih berarti lo belum nonton filmnya."

Rizal mengacungi dua jempol buat Sena. "Cakeppp!"

Sesaat kemudian, Rizal berusaha mengintip ke arah kamar Sena melalui celah yang ada. "Lo ngapain sih hampir delapan jam lebih di kamar? Serem banget. Kayak nggak ada tanda-tanda kehidupan."

"Biasa. Sibuk garap tugas sampai ketiduran."

"Rajin banget."

"Woiyadong," kata Sena berbangga diri, meskipun sebenarnya dia sedikit tidak enak hati karena untuk kesekian kalinya ia berbohong kecil pada tetangga kamarnya.

Writer VS ReaderWhere stories live. Discover now