23 : Impian Para (Calon) Penulis

3.5K 647 243
                                    

Kapan cerita lo kelar?

Gimana bisa kelar kalau kerjaannya buka Mozilla Firefox, bukannya Microsoft Word?

Gimana bisa kelar kalau selalu tergoda nulis cerita baru? Woi! Itu satu cerita aja belum kelar-kelar.

Gimana bisa kelar kalau selalu punya segudang alasan untuk nggak nulis? Itu saingan lo di luar sana pada berjuang mati-matian biar naskahnya bisa berubah wujud loh, eh, lo malah males!

Gimana bisa kelar kalau lagi-lagi nggak mood buat nulis? Naskah lo tuh butuh dipekain tuh! Enggak cuma elo aja.

Gimana bisa kelar kalau ... *isi sendiri deh*

Kapan cerita lo dibukukan?

Gimana mau dibukukan kalau tulisan lo aja belum tamat-tamat juga?

Gimana mau dibukukan kalau pesimis duluan lempar naskah lo ke penerbit?

Gimana mau dibukukan kalau lempar naskah lo aja ngasal? Itu penerbit masing-masing punya kriteria sendiri. Masa' naskah remaja dikirim ke penerbit religi ya nggak lucu dong.

Gimana mau dibukukan kalau typo masih berserakan di setiap halaman? Editor punya banyak kerjaan tahu! Nggak cuma ngurusin naskah lo yang berantakan.

Gimana mau dibukukan kalau ... *isi sendiri deh*

Kapan buku lo difilmkan?

...

Poin ketiga tidak akan terwujud tanpa poin kedua. Begitu juga poin kedua yang tidak akan bisa menjadi nyata kalau poin pertama tidak terpenuhi.

Tiga tamparan keras bagi Ula yang tiga tahun lalu bermimpi bisa punya buku sendiri. Rasanya pasti sungguh WOW bisa melihat buku sendiri terpajang di etalase toko buku. Apalagi kalau bukunya mencetak kategori best-seller, kalau perlu mega-best-seller, lalu difilmkan.

Entah kerasukan setan macam apa, hingga Ula punya angan-angan setinggi itu. Bagi Ula, mimpi akan selalu statis di atas sana jika tidak ada niat, usaha, dan do'a. Maka dari itu, Ula berusaha memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menyalurkan hobi menulisnya. Mungkin di saat itu belum terlihat adanya kemajuan, tapi terus menerus berusaha tentu akan jauh lebih baik daripada duduk diam dan menanti datangnya keajaiban.

Kalau dilihat sekarang, akun @ wulandari sudah mempunyai banyak pembaca setia. Tapi kalau diputar jauh ke belakang, untuk menjadi sosok penulis wattpad terkenal tidaklah instan. Proses itu pasti ada. Penulis pencetus cowok-cowok idaman para gadis (macam Alvaro, Nathan, Gibran, Gelar, Gilang, Deeka) sekalipun pasti punya cerita perjalanan sendiri untuk menjadi seperti sekarang.

Begitu Ula menyadari tindakannya agak keterlaluan, Ula segera mengerem tawanya. Ula menertawakan komentar @ qsena yang berbau promosi, padahal dulu saat dia masih newbie dia juga pernah melakukan itu. Ya, walaupun dia lebih sadar aturan. Ah, Ula jadi teringat lagi masa-masa itu.

Setelah Ula puas bernostalgia, Ula iseng-iseng membuka e-mail. Sudah lama sekali dia tidak membuka e-mail. Terakhir kali dia membuka surat elektronik itu, yang dia dapatkan hanyalah rentetan notifikasi tidak penting dari akun media sosialnya yang bejibun. Untungnya dia sudah melakukan penyaringan lebih lanjut sehingga kejadian itu tidak akan terulang kembali.

Ula tidak punya ekspektasi apa pun ketika melakukan hal itu (baca: membuka e-mail). Dan seketika, sepasang mata Ula membulat saat melihat pesan baru paling atas yang ada di sana. Ula membungkam mulutnya dengan kedua tangannya. Ini bukan mimpi, 'kan? Nikmat apa lagi yang kau dustakan?

Subject: PENAWARAN PENERBITAN



Klik!

Writer VS ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang