BAB 2

2.3K 137 9
                                    


"Ketahuilah... bahwa seberapa besar dirimu berusaha untuk menyakitiku, aku tidak akan pernah berhenti memperjuangkanmu. Sekalipun kamu terus menancapkan belati di hatiku, aku tidak akan pernah menyerah." Alea Livindar

***

Pernahkah kalian memiliki susatu pemikiran, seperti; "Aku akan terus memperjuangkan dirinya, walaupun hanya penolakan yang akan ia berikan." ? Aku sangat yakin jika kalian akan menjawab seperti; "Ah... memperjuangkan seseorang yang bahkan tidak pernah menghargai perjuanganku? Itu tidak mungkin." Pasti jawaban kalian seperti contoh tadi, dan hampir mayoritas, kalian akan menyerah dan memilih untuk mencari cinta yang baru.

Namun, sebuah pemikiran dan jawaban di atas tidak pernah ada di dalam kamus seorang Alea Livindar. Gadis itu tidak pernah menyerah untuk sesuatu yang ia perjuangkan, gadis itu tidak pernah memilih untuk meninggalkan apa yang sudah diperjuangkan olehnya dan mencari sesuatu yang baru. Bahkan sekalipun yang ia dapatkan hanya sebuah penolakan, Alea tidak akan pernah mundur dari langkahnya.

Yang menjadi pertanyaannya adalah; seberapa kuat hatinya hingga Alea mampu bertahan pada belati yang selalu saja merobek hatinya dan memberikan luka baru?

Seperti saat ini, misalnya. Alea melangkahkan kakinya menuju ruang kelas yang memiliki jarak hanya beberapa langkah dari kelasnya. Gadis itu menggenggam bungkusan yang sudah ia siapkan di dalam tasnya dari malam sebelum ia tidur.

Senyumannya mengembang, merias wajah cantiknya yang selalu saja terlihat bahagia—tanpa ada seorang pun yang tahu jika dibalik wajah bahagia itu, tersimpan banyak luka yang masih basah dan memberikan rasa sakit yang mendalam. Namun lagi-lagi, Alea menyangkal semua rasa sakit itu. Mencoba mengatakan pada dirinya jika ia baik-baik saja.

Sesampainya di kelas yang ia tuju, Alea segera melongok ke dalam kelas itu—mencari seseorang yang menjadi alasan kenapa ia datang ke kelas ini.

"Loh... Alea? Nyari siapa?" tanya seseorang yang berada tepat di belakang Alea.

Alea menoleh, memberikan senyuman tipis pada seseorang yang ternyata Dani. "Emm... Rayhan mana, ya?" tanyanya dengan nada suara malu-malu.

Dani yang mendengar itu pun tersenyum, gadis di hadapannya ini tentu saja akan mencari Rayhan. Bukan sebuah rahasia lagi jika Alea mengejar Rayhan selama ini. Semua orang di sekolah ini pun tahu, seberapa besar usaha gadis ini untuk mendapati Rayhan.

"Rayhan ada kok di dalam," jawab Dani pada akhirnya. "Masuk aja," lanjutnya. Setelahnya ia berjalan masuk, meninggalkan Alea yang masih berdiri di depan pintu kelas.

Alea menghembuskan nafasnya perlahan, mencoba mengatur detak jantungnya yang berdebar dua kali lebih cepat dari normalnya. Setelah merasa dirinya tenang dan siap untuk bertemu Rayhan, ia melangkahkan kakinya perlahan.

Mata bulatnya langsung menangkap siluet itu, menatap lurus pada Rayhan yang sedang bercanda dengan beberapa temannya di bangku belakang. Tapi tawa itu hilang dalam sekejap ketika mata elangnya menangkap keberadaan Alea di sana.

Alea menahan nafasnya ketika tatapannya bertemu dengan mata elang Rayhan yang memandangnya dingin, tapi tak urung kakinya tetap melangkah, membawa Alea mendekat pada sang pujaan hati.

"Mau ngapain lo?" pertanyaan itu langsung saja terlontar dari Rayhan ketika Alea baru saja sampai di hadapannya.

Alea yang ditanya seperti itu pun gelagapan, sedikit merasa takut dengan tatapan tajam yang diberikan oleh Rayhan untuk dirinya. Namun, bukan Alea namanya jika ia tidak bisa mengendalikan dirinya. Alea secepat mungkin merubah air wajahnya, memberikan senyuman terbaiknya.

Fight for Love (Completed)Where stories live. Discover now