BAB 20

1.9K 88 3
                                    

"Hanya dengan cara memaafkanlah yang akan membuat hidup menjadi lebih tenang. Walau tidak semua kesalahan bisa kamu perbaiki, tapi kata maaf itu memiliki makna yang besar dalam semua kesalahanmu; apalagi jika kamu bisa merubah sikapmu dengan sungguh-sungguh." Alea Livindar

***

Rayhan berusaha menahan kegugupannya ketika Alea menggenggam tangannya erat dan menarik pemuda itu ke dalam rumahnya. Saat pulang sekolah, Alea meminta Rayhan untuk datang ke rumahnya dan menyelesaikan masalahnya dengan Sandy.

Flashback satu jam yang lalu...

"Lo mau langsung pulang?" tanya Rayhan sembari mensejajarkan langkahnya dengan Alea.

Alea menganggukan kepalanya. "Iya, mau langsung pulang aja," jawab gadis itu sembari menoleh pada Rayhan yang kini berada di sebelahnya.

"Baru aja gue mau ajak keluar," gumam Rayhan, sepertinya pemuda itu keceplosan karena sekarang Rayhan sudah menutup bibirnya dengan satu tangan dan menatap Alea dengan pandangan terkejut.

Alea terkekeh pelan. "Aku mau aja temenin kamu pergi, tapi ada syaratnya..."

Rayhan melepas tangannya dari bibirnya dan mengangkat sebelah alis matanya. "Apa?"

Alea menghirup nafasnya dalam, mengisi paru-parunya dengan udara sejenak sebelum akhirnya berkata, "Selesaikan masalah kamu dulu dengan abang, aku nggak mau kedua orang yang aku sayangi saling bermusuhan," ucap Alea.

Rayhan terdiam, menatap ragu pada Alea yang kini sedang mendongak menatap pada dirinya. Gadis itu tersenyum, memberikan senyuman manisnya.

"Kamu nggak perlu khawatir kalau abang akan marah seperti semalam. Aku yakin abang bisa nerima semua penjelasan kamu, dan dia pasti maafin kamu," ucap gadis itu sembari meremas lembut lengan Rayhan.

"I'll try," jawab Rayhan pada akhirnya.

Dan... di sinilah Rayhan sekarang. Berdiri di tengah-tengah ruang tamu sederhana rumah Alea, menunggu Alea yang sedang berada di dalam kamar Sandy di lantai dua.

Jantung Rayhan bertalu ketika melihat Alea berjalan menuruni undakan tangga bersama dengan Sandy yang berada di belakang gadis itu. Tatapan mata Rayhan bertemu dengan mili Sandy, saling menatap dengan dua pandangan berbeda.

"Mau ngapain lo di sini?" tanya Sandy sinis.

Alea memukul bahu Sandy pelan, menatap abangnya dengan tatapan memperingati. "Abang udah janji, loh," ucap gadis itu.

Sandy mendengus, memilih untuk membungkam bibirnya. Daripada Alea nanti mendiami dirinya lagi karena ia lepas kendali? Lebih baik Sandy diam sekarang.

Alea mengarahkan pandangannya pada Rayhan, memberikan senyuman tipis. "Kamu bisa jelasin semuanya ke abang sekarang, biar nggak ada salah paham lagi," kata gadis itu.

Rayhan terdiam sejenak, mengirup nafasnya dalam untuk menenangkan rasa gugup yang melingkupi dirinya. Mata elangnya menatap lurus pada Sandy, berusaha memberitahu pada abang Alea bahwa dirinya benar-benar jujur mengatakan ini semua.

"J-jadi... g-gue di sini mau ngejelasin semuanya. Semua tuduhan lo semalam yang menurut gue itu nggak benar. Emang gue udah buat banyak kesalahan sama Becca—nyakitin dia dengan sikap nggak peduli gue. Tapi, itu semua ada alasannya. Semua yang gue lakukan bukan semata-mata karena gue senang nyakitin perasaan seseorang. Itu semua karena..."

Dan mengalirlah cerita Rayhan tentang masa lalunya. Dari mulai mamanya yang pergi meninggalkan dirinya dan membuat ia tidak lagi percaya akan hal bernama cinta, hingga kepergian Becca yang selama ini selalu membuat dirinya merasa terbebani.

Fight for Love (Completed)Where stories live. Discover now