BAB 17

1.7K 104 3
                                    

"Teruslah bersikap manis seperti ini, itu sudah cukup untuk menyembuhkan lukaku yang sudah kamu torehkan dulu." —Alea Livindar

***

Cinta memang tidak pernah memandang kapan ia akan pergi dan kapan ia akan datang. Cinta akan berkunjung ke setiap hati yang memang ia tentukan dan terus berada di sana walau kadang rasa sakit menguasai.

Seperti apa yang Alea rasakan selama ini. Cintanya pada Rayhan selama ini datang tanpa permisi, hinggap di dalam hati Alea hingga gadis itu tidak mempedulikan apapun—termasuk selalu mengabaikan torehan-torehan luka yang Rayhan berikan padanya.

Sama halnya seperti Rayhan. Selama ini pemuda itu tidak pernah percaya akan hal bernama cinta, selalu memungkiri jika hatinya akan meraskan perasaan itu lagi. Tapi semenjak kepergian gadis bernama Becca, Rayhan mulai merasakan apa itu cinta walau sudah terlambat untuk menyadari perasaannya sendiri.

Dan sekarang, Rayhan kembali merasakan apa itu cinta. Cinta yang benar-benar nyata dan berada tepat di depan matanya. Dulu ia memang terlampau menutup diri, hingga tidak pernah mau melihat bagaimana indahnya rasa cinta itu.

Tapi, saat ini, Rayhan kembali berusaha membuka dirinya. Ia berusaha berdamai dengan semua yang telah terjadi di masa lalunya dan kembali membiarkan pintu hatinya terbuka secara perlahan—mempersilakan gadis bernama Alea masuk ke dalam hatinya pelan-pelan.

Rayhan mengarahkan pandangannya pada Alea yang sedang duduk di sampingnya. Keduanya kini berada di rooftop kantor milik papanya, menikmati angin sore yang berhembus menerpa keduanya.

"Al..." panggil Rayhan dengan nada lembut.

Alea menoleh, menatap lurus pada Rayhan dengan mata bulatnya. "Kenapa?" tanya gadis itu sembari menyunggingkan senyum tipisnya.

Rayhan terdiam sejenak, menimbang apakah ia harus mengungkapkan semuanya sekarang atau nanti. Tapi... suara Dani kembali terngiang, seperti memperingati Rayhan jika ia harus segera mengambil kesempatan itu.

"Maafin gue kalau selama ini gue selalu aja bersikap kasar sama lo," ucap Rayhan memulai topik utama yang ingin ia bicarakan.

Alea lagi-lagi tersenyum. "Kamu nggak perlu minta maaf. Itu sudah terjadi dan nggak ada yang perlu untuk dimaafin," katanya.

Rayhan menggeleng cepat. "Nggak! Dulu, gue brengsek banget, sampai nyakitin lo tanpa mikirin gimana perasaan lo. Itu semua... karena gue masih belum bisa berdamai dengan masa lalu gue," ucap Rayhan dengan nada tercekat di akhir kalimat.

Alea mengerutkan keningnya. "Belum bisa berdamai dengan masa lalu?" tanya gadis itu mengulang.

Rayhan menganggukan kepalanya. Ia menghembuskan nafasnya berat sebelum kembali mengeluarkan kata-kata yang sudah disusun olehnya secara rapih. "Selama ini, gue bersikap kasar dan dingin sama setiap cewek karena gue punya masa lalu yang bisa dibilang cukup... kelam."

Rayhan mengalihkan pandangannya dari Alea, menatap lurus pada hamparan gedung-gedung tinggi yang berdampingan di hadapannya dengan pandangan menerawang. "Dulu, waktu gue masih kelas satu SMP, mama ninggalin gue dengan alasan yang nggak jelas. Mama sama papa berantem hebat sebelum akhirnya mama pergi. Gue masih inget soal kata-katanya dia; gue sama papa cuman nyusahin dia selama ini dan hidupnya dia akan jauh lebih baik kalau nggak ada gue sama papa di sana." Rayhan memberikan senyuman sinisnya, terlihat begitu pedih juga benci disaat bersamaan.

"Gue nggak ngerti apa yang udah gue dan papa lakukan sampai mama bisa ngomong kayak gitu. Selama itu, gue selalu bersikap baik, selalu berusaha untuk jadi anak yang berbakti sama orangtua. Yang ada dipikiran gue itu cuman satu; gue bisa membanggakan kedua orangtua gue dan buat mereka bahagia. Sayangnya... itu cuman sebuah angan-angan saat mama ninggalin gue dan papa.

Fight for Love (Completed)Where stories live. Discover now