BAB 15

1.8K 119 13
                                    

"Apa aku masih mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki apa yang telah terjadi? Walau aku tahu jika aku tidak bisa memperbaiki semuanya, setidaknya aku memperbaiki sedikit kesalahanku dengan tanpa menyakitimu lagi." Rayhan Abimanyu

***

Katakan jika dirinya bodoh karena baru menyadari sesuatu yang penting telah hilang darinya—terlebih ketika mimpi itu datang, menyadarkannya secara langsung dengan apa yang sudah ia lakukan.

Rayhan tahu jika semuanya sudah terlambat, terlebih ketika ia mulai menyadari kalau Alea melangkah menjauh darinya. Namun, sudut hati terkecilnya berkata jika gadis itu tidak meninggalkan dirinya sepenuhnya—Rayhan yakin jika gadis itu hanya membutuhkan waktu untuk semuanya.

Atau justru... gadis itu menunggu dirinya untuk memulai?

Tapi, bagaimana bisa Rayhan memulai duluan? Selama ini ia tidak pernah memulai, bahkan ketika ada seseorang yang ingin menjalin hubungan dengannya, Rayhan justru menghindar—ah, itu bukan menghindar, sepertinya. Lebih seperti seseorang yang senang menyakiti agar yang mendekati segera menjauh.

Dan sepertinya, sekarang dirinya merasakan bagaimana rasanya dijauhi—diabaikan oleh seseorang yang selama ini selalu berusaha mendekati dirinya namun tidak pernah diacuhkan.

Seperti saat ini misalnya, Alea sedang berdiri di sampingnya, mengantri untuk membayar uang gedung sekolah dan administrasi lainnya. Gadis itu sempat melihat ke arahnya, hanya beberapa detik sebelum akhirnya kembali mengalihkan pandangannya.

Ada perasaan tak suka ketika melihat sikap Alea yang seperti itu. Di hati terdalamnya, Rayhan mulai merindukan sikap gadis itu yang selalu ceria, menatapnya dengan tatapan penuh kasih sayang juga kelembutan, dan selalu mengajaknya berbicara walau Rayhan bersikap kasar padanya.

"Udah mulai sadar kalau Alea cantik?" tanya seseorang dari balik punggungnya, membuat Rayhan berjengkit kaget karena kedatangan orang itu.

Rayhan menoleh, menatap Dani dengan pandangan datar. "Apaan sih? Siapa juga yang ngeliatin dia," sangkalnya.

Dani yang mendengar jawaban itu pun tersenyum tipis. "Lo nggak perlu nyangkal kayak gitu, kok. Walaupun gue belum lama sampai di sini, daritadi gue emang ngeliat sendiri kalau lo merhatiin Alea," ucap Dani.

"Inget, Ray... lo masih punya waktu walau cuman sedikit. Jangan sia-siain waktu lo sebelum akhirnya lo benar-benar menyesal nantinya. Alea cewek yang baik, gue yakin dia nggak akan pernah nyakitin lo kayak apa yang lo lakuin ke dia," Dani menjeda, "dan gue yakin dia pasti akan ngasih lo kesempatan kalau lo mau berubah," lanjutnya sembari menepuk bahu Rayhan pelan.

Sebagai sahabat, Dani tidak akan pernah membiarkan Rayhan merasakan penyesalan. Walaupun hatinya terasa perih ketika melihat Alea yang beberapa kali masih sering memperhatikan Rayhan saat sedang bersamanya, Dani akan tetap mendukung Rayhan untuk mengambil apa yang memang seharusnya ia miliki.

Memang Dani sempat memiliki pikiran untuk terus berusaha agar Alea bisa jatuh hati padanya. Tapi, lagi-lagi... perasaan itu seperti terhalang oleh sesuatu yang Dani sendiri tidak tahu apa. Dani hanya merasa jika apa yang ingin ia lakukan adalah sebuah kesalahan.

"Kenapa lo bisa ngomong kayak gitu?" tanya Rayhan pada akhirnya setelah terdiam beberapa saat.

"Karena... Alea masih sayang sama lo," ucap Dani dengan nada sedikit berbisik.

Rayhan yang mendengar itu pun tertawa hambar. "Gimana caranya lo tau kalau dia masih sayang sama gue?"

Kini, gantian Dani yang tertawa sumbang. "Lo itu sebenernya peka nggak, sih? Selama ini walaupun Alea ngejauh dari lo, dia tetep mikirin lo. Asal lo tau, Ray... dia nggak akan pernah bisa lupain lo, sekeras apapun dia menjauh; dia masih nyimpan perasaan sama lo. Tapi sayang, dia terlalu takut untuk sakit lagi karena sikap lo, makanya dia menjauh."

Fight for Love (Completed)Where stories live. Discover now