BAB 4

1.8K 130 8
                                    

"Cobalah untuk membuka hatimu. Cobalah untuk mengerti bagaimana aku. Cobalah untuk memberi sedikit pengertian akan perjuanganku. Maka kamu akan mengetahui, apa arti dari semua yang aku lakukan." Alea Livindar

***

Mencintai seseorang yang tidak pernah balas mencintaimu, apalagi tidak pernah menghargai perjuanganmu memang cukup sakit. Terlebih ketika orang yang kamu cintai selalu saja bersikap kasar padamu, pasti sangat menyakitkan.

Hanya ada beberapa orang yang akan bertahan dengan keadaan seperti itu, termasuk Alea. Mengingat kemarin Rayhan yang memberikan ancaman kepada dirinya, tidak membuat gadis itu untuk berhenti memperjuangkan pemuda yang dicintainya.

Sekalipun ancaman, sikap, dan kata-kata kasar yang Rayhan berikan pada dirinya sangat menyakitkan, itu tidak membuat tekad Alea luntur. Dirinya justru memantapkan sang hati untuk terus memperjuangkan Rayhan. Tidak mau berhenti hanya karena gertakan seperti itu—walau dalam hati Alea sempat was-was; apakah ancaman itu akan benar dilakukan atau tidak.

Seperti sekarang, Alea berdiri dalam diam menatap lurus pada Rayhan yang sedang latihan bersama teman-temannya. Mata itu terlihat berbinar ketika sang pujaan tertawa lepas, menunjukan seberapa bahagia dirinya ketika canda dan tawa melingkupinya.

"Andai kamu bisa bersikap semanis itu di depanku, Ray." Alea menghela nafasnya, menetralisir rasa sakit yang mencoba menelusup.

Membayangkan bagaimana Rayhan tertawa selepas itu di hadapannya membuat Alea tanpa sadar mengulum senyumannya. Pasti menyenangkan, batinnya.

Namun kenyataan pahit lagi-lagi menyeret Alea agar tidak bermimpi lebih tinggi lagi, memaksa Alea untuk menyadari jika hal itu tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya. Alea sendiri merasa jika dirinya memang ditakdirkan untuk merasakan sakit terus menerus.

Seharusnya, di masa SMA seperti ini Alea merasa bahagia. Merasakan bagaimana perasaann jatuh cinta, merasakan bagaimana kencan pertama, merasakan bagaimana rasanya memiliki seseorang yang dicintainya berada di sisinya.

Tapi nyatanya Tuhan berkata lain. Alea tidak mendapat izin untuk merasakan hal-hal indah seperti itu. Tuhan justru memberinya cobaan yang begitu berat untuk anak seumurannya. Dan Alea tahu, Tuhan pasti memiliki alasan mengapa dirinya diberi cobaan seperti ini.

Alea mengerjap ketika merasakan pandangan yang menusuk terarah padanya. Mata bulatnya kemudian bertabrakan dengan mata elang yang kini menatapnya tajam dan dingin. Nafasnya tercekat ketika mendapati Rayhan yang sedang berjalan menuju ke arahnya.

Pikirannya berteriak untuk dirinya segera pergi dari tempat itu, namun tubuhnya terpaku—seperti memilih untuk tetap diam dan menunggu apa yang akan dilakukan oleh Rayhan terhadap dirinya selanjutnya.

"Ra—Rayhan..." cicit Alea. Dirinya seakan menciut saat mendapati Rayhan sudah berhenti tepat di hadapannya.

"Kamu—" ucapannya terputus ketika tanparan keras mendarat di pipi mulusnya.

Alea yang mendapat perlakuan seperti itu pun terperangah. Matanya membulat, penuh dengan sirat keterkejutan. Air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya, pipi kanannya terasa panas akibat tamparan keras yang diberikan Rayhan padanya secara tiba-tiba.

"Ray—kamu... kenapa kamu nampar aku?" suaranya bergetar, menggambarkan perasaannya yang takut dan kaget. "Aku salah apa?" tanyanya lagi.

Rayhan tersenyum sinis. "Masih nanya juga salah lo apa?" tanyanya dengan dingin.

Alea yang mendengar itu segera mundur selangkah, nyalinya menciut sekarang. Ia tidak tahu apa yang membuat Rayhan menampar dirinya, namun satu yang Alea tahu; pemuda yang berada di hadapannya kini adalah seorang iblis.

Fight for Love (Completed)Where stories live. Discover now