BAB 7

1.5K 105 4
                                    

"Semakin dalam kau menyakitiku, maka semakin lama aku bertahan untukmu." Alea Livindar

***

Alea menghirup nafas dalam, gadis itu melengkungkan senyuman ketika indera penciumannya mencium bau air laut yang sangat disukainya. Deburan ombak mengisi pendengarannya, bersamaan terpaan angin yang mencoba menggoyangkan rambut panjangnya.

Matanya yang indah terpejam, merasakan suasana tenang yang melingkupi dirinya. Entah mengapa, dirinya begitu senang berada di pantai. Menurut Alea, pantai adalah temannya; teman di saat Alea merasa sedih, teman di saat Alea merasa terpuruk, dan teman di saat Alea kembali melukai hatinya karena seseorang yang dicintainya.

Mengingat itu, Alea mendesah pelan. Sampai saat ini, Rayhan masih terus menolak dirinya—bahkan ketika Alea sudah membiarkan dirinya tersakiti berkali-kali, pemuda itu masih saja menolaknya dan mendorongnya jauh; seakan pemuda itu tak bisa ia capai sampai kapanpun.

Namun, Alea sendiri yakin jika dirinya mampu mendapatkan Rayhan—walau itu akan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Alea tahu jika dirinya bodoh, mengejar seseorang yang bahkan tidak pernah membuka hati untuknya. Tapi, sekali lagi, dirinya mencoba untuk tetap bertahan—karena bertahan untuk sesuatu yang dicintai tidak ada salahnya.

Gadis itu tiba-tiba tertawa, merasa bodoh pada pemikirannya. Oh Tuhan, benarkah apa yang dilakukan oleh dirinya ini benar? Atau justru ini hanya membuat dirinya terlihat bodoh?

Hatinya seketika itu juga bimbang, dan saat itu pula pikirannya tentang seseorang yang baru saja berusaha masuk ke dalam hidupnya memenuhi kepalanya.

Bayangan Dani yang berusaha untuk mengobati semua luka yang diberikan Rayhan, bayangan Dani yang berusaha untuk menjadikan diri pemuda itu sebagai sandaran untuk Alea—bahkan bayangan ketika pemuda itu meminta kepada Alea untuk tidak menganggap perasaan pemuda itu ada, membuat Alea merasakan sesuatu yang tak biasa di dalam hatinya.

Namun, Alea segera menyingkirkan pikiran itu. Tidak! Dirinya tidak bisa membuka hati untuk orang lain—ketika Rayhan masih memenuhi relung hatinya. Alea tidak mampu untuk membagi dua hatinya, berusaha untuk membuka pintu hati lainnya dan mengijinkan seseorang masuk ke dalam hatinya.

"Maafin aku, Dani..." gumam Alea pada dirinya sendiri.

Rasa bersalah melingkupi dirinya. Alea tertawa renyah, dirinya merasa menjadi orang jahat ketika menolak Dani yang berusaha untuk membuatnya bahagia—dan semakin merasa bodoh ketika tetap memilih Rayhan yang nyatanya selalu menyakiti dirinya.

Tapi sayangnya, Alea akan tetap memilih bertahan—meski hatinya tersakiti begitu banyak.

***

Pagi itu, Alea menjejakkan kakinya di sekolah dengan wajah riang. Gadis itu berulang kali menjawab sapaan-sapaan yang dilontarkan untuk dirinya, memberikan senyuman manis pada beberapa murid yang berpas-pasan dengannya. Alea memang dikenal sebagai gadis yang ramah, maka dari itu dirinya sedikit terkenal di sekolahannya.

"Rani!"

Alea berlari kecil ketika mendapati sahabatnya yang sedang berjalan pelan menuju kelas. Gadis itu mengangkat tangannya, merangkul Rani sembari memberikan cengiran lebar yang membuat gadis berambut ikal di sebelahnya mengernyit kecil.

"Lo kenapa? Senyum-senyum kayak orang gila gitu," ucap Rani yang langsung membuat Alea terkekeh.

"Nggak papa, emang aku nggak boleh senyum-senyum?" tanya Alea dengan wajah polosnya.

Rani yang mendengar itu menggeleng pelan. "Nggak papa, sih. Cuman keliatan kayak orang gila aja jadinya," jawab gadis itu asal.

Alea yang mendengar jawaban dari Rani hanya menggedikan bahunya, tidak terlalu peduli dengan apa yang diucapkan sahabatnya itu. Yang terpenting untuk dirinya saat ini adalah bertemu dengan Rayhan.

Fight for Love (Completed)Where stories live. Discover now