BAB 18

1.5K 99 3
                                    

"Aku hanya ingin berterima kasih pada Tuhan, terima kasih atas takdir yang Engkau berikan. Walaupun pada awalnya aku tersakiti, kini aku kembali mendapatkan bahagiaku karena ada dia di sisiku." —Alea Livindar

***

Alea tersenyum kaku ketika mendapati tatapan tajam dari Rani. Gadis itu menggaruk tengkuknya yang terasa tidak gatal, duduknya pun terasa tidak tenang saat tatapan mata sahabatnya itu terus menghujam ke arah dirinya.

"Sekarang, jelasin ke gue kenapa lo bisa sama Rayhan?" tanya Rani masih dengan wajah datarnya.

"Errmm..." Alea menggerakan bibirnya, terlihat bingung bagaiman caranya menjelaskan pada sahabatnya ini.

"Alea... bukannya lo udah janji kalau lo nggak akan deketin dia lagi?" tanya Rani untuk yang kedua kalinya. Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada, memperhatikan Alea yang masih salah tingkah.

Alea menggigit bibir bawahnya dengan gugup, sebelum akhirnya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. "Dia udah berubah, Rani... dia nggak akan pernah nyakitin aku lagi," ucap Alea pada akhirnya.

Rani mendesah pelan. "Lo yakin dia beneran udah berubah?"

Alea mengangguk dengan pasti. "Aku yakin. Dia nggak akan pernah nyakitin aku lagi dan aku bisa yakinkan itu semua. Rayhan udah berubah, Rani... kamu harus percaya itu," mohon Alea dengan tatapan mata yang mulai sendu.

Rani yang melihat itu menghembuskan nafas pasrah. "Oke. Tapi, kalau sampai dia nyakitin lo lagi, jangan salahin gue kalau gue bakal bales semua perlakuannya dia ke lo. Gue cuman nggak mau lihat lo terus-terusan tersakiti, Le," lirih Rani.

Alea tersenyum samar. Ia tahu jika Rani khawatir dengan dirinya, dan Alea senang akan hal itu. Tapi, Rayhan memang sudah mulai berubah menjadi seseorang yang lebih baik, Alea pun yakin jika pemuda itu tidak akan pernah menyakiti dirinya lagi.

"Kamu bisa pegang kata-kataku, Rani." Alea memberikan cengirannya, membuat Rani ikut tersenyum karena tertular oleh cengiran Alea.

Semoga dia beneran nggak pernah nyakitin lo lagi, Le, batin Rani berharap penuh.

***

Saat bel istirahat berbunyi, Rayhan segera membereskan semua buku yang berada di atas mejanya. Pemuda itu memasukan perlengkapan sekolahnya ke dalam tas berwarna biru dongker miliknya sebelum akhirnya bangkit dari duduknya.

"Weh... lo mau ke mana? Buru-buru banget," ucap Dani yang melihat gerakan Rayhan.

Rayhan berhenti melangkah, terdiam untuk beberapa saat sembari mengelus pelan tengkuknya. "Mau ke... kelasnya Alea," ucapnya dengan cicitan di akhir kalimat.

"Hah? Apaan?" Dani mengerutkan keningnya ketika mendengar kata terakhir yang Rayhan ucapkan.

Rayhan langsung memasang wajah juteknya ketika mendapati tatapan usil dari Dani. "Mau ke kelasnya Alea!" ucap pemuda itu sedikit mengeraskan suaranya, hingga teman-temannya yang masih duduk di bangku langsung ricuh.

"Wih! Sumpah demi apa lo nyamperin Alea?"

"Lo nggak sakit, kan?"

"Ini beneran Rayhan? Gue nggak salah denger sama kata-kata lo, kan?"

Pertanyaan-pertanyaan tak percaya pun muncul satu per satu dari teman-temannya. Dani yang mendengar ejekan dari teman-temannya untuk Rayhan mau tak mau terkekeh pelan. Ada rasa bahagia ketika sahabatnya itu sudah mulai mau mengakui jika ia mulai mencintai gadis yang selama ini mengejarnya.

"Ya Tuhaaan! Alhamdulillah Rayhan udah mulai sadar sama perasaannya sendiri!" ucap Rio sembari mengangkat kedua tangannya, memasang ekspresi lucu yang langsung membuat Rayhan mendecih pelan.

Fight for Love (Completed)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora