BAB 13

1.5K 105 4
                                    

"Aku merindumu, merindukan sentuhan lembutmu, merindukan bagaimana cara kamu tersenyum dan menatapku. Seujujurnya, rasa rindu itu sedikit berkurang ketika aku melihat ke arahnya, melihat bagaimana dia bersikap persis seperti dirimu. Sayangnya, aku terlalu pengecut untuk membiarkan hatiku terasa hangat karena dirinya. Sebab... aku terlalu takut untuk kembali kehilangan dan menggantikanmu di hatiku." Rayhan Abimanyu

***

Dua tahun yang lalu...

"Rayhan! Tunggu..."

Rayhan menghentikan langkahnya, memandang dingin pada gadis yang kini berdiri di hadapannya dengan gugup. Gadis itu memainkan jari tangannya, mencoba untuk mengurangi rasa gugupnya.

"Lo mau ngapain lagi, sih?!" Rayhan sedikit menyentak, membuat gadis itu terlonjak kaget karena mendengar suaranya yang cukup kencang.

Tubuh gadis itu terlihat gemetar, rasa takut mulai melingkupi dirinya ketika melihat pemuda itu mulai mengeluarkan sikap kasarnya.

"Rayhan... a-aku cuman mau kasih ini ke kamu," ucap gadis itu sembari memberikan sebuah paper bag berwarna putih dengan garis hitam di pinggirnya.

Rayhan terdiam di tempatnya, membuat gadis itu yang tadinya menunduk kini mendongakan kepalanya untuk memandang Rayhan.

Gadis itu memberikan senyumnya, tangan kirinya kemudian meraih tangan kanan Rayhan dan memberikan bawaannya pada Rayhan dengan agak sedikit memaksa.

"Aku nggak akan pernah ganggu kamu lagi setelah ini, Ray. Maka dari itu, aku cuman mau kamu terima ini—untuk kali ini aja. Itu buat kamu, semoga kamu suka dengan hadiah yang aku kasih," ucap gadis itu sebelum akhirnya berjalan meninggalkan Rayhan yang terdiam di tempatnya.

Rayhan yang masih menggunakan seragam biru putih pun duduk di tempat tidurnya. Setelah bertemu dengan gadis itu, Rayhan tidak memilih untuk langsung kembali ke rumahnya. Pemuda itu justru memilih untuk menghabiskan waktu di taman sebelum akhirnya kembali ke rumah saat waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Jadi, Rayhan baru bisa membuka bingkisan yang diberikan gadis itu padanya sekarang.

Pemuda itu mengeluarkan isi dari paper bag yang gadis itu berikan. Keningnya mengerut ketika mendapati sebuah kotak berwarna hitam di dalamnya—beserta surat dengan warna senada.

Rayhan membuka kotak itu, mendapati sebuah jam tangan dengan merk terkenal berwarna gray terpampang cantik di sana. Rayhan mengeluarkan jam itu dari kotaknya, memperhatikan sedikit detail dari jam itu sebelum akhirnya kembali menaruh jam itu ke dalam kotaknya.

Matanya kini beralih pada surat dengan kertas berwarna hitam yang ada di pangkuannya. Pemuda itu segera membuka kertas tersebut, membacanya dengan perlahan.

Hai, Rey! Maaf kalau aku ganggu kamu lagi sampai kamu bosan karena aku terus-terusan gangguin kamu. Hehehe... tapi, tenang aja, ini yang terakhir kalinya kok aku gangguin kamu. Setelah ini, kamu nggak akan pernah aku ganggu lagi, jadi kamu nggak perlu takut hari-hari kamu jadi buruk karena adanya aku.

Oiya, Ray, kamu pasti bingung 'kan kenapa aku kasih kamu jam tangan? Oke, aku jelasin kenapa aku kasih kamu jam tangan itu. Aku cuman mau kamu terus melihat waktu yang selalu berjalan maju tanpa pernah mau memutar jarum jamnya menjadi mundur. Sama seperti aku yang terus berjalan maju, melangkah tanpa memikirkan untuk mundur...

Ah, aku yakin kamu pasti masih bingung dengan penjelasanku. Hahaha. Oke, jadi gini... aku cuman mau kamu jadi seperti jam itu, terus berjalan maju tanpa mempedulikan apapun yang terjadi di belakang, membiarkan waktu berjalan perdetik hingga berubah menjadi perjam tanpa berusaha untuk memutar waktu kembali.

Fight for Love (Completed)Kde žijí příběhy. Začni objevovat