BAB 6

1.7K 117 5
                                    

"Apa semua yang mencintai akan tersakiti? Apa semua yang berjuang akan disia-siakan? Lalu, bagaimana dengan dia yang berusaha memperjuangkanku? Apakah dia juga merasa sakit ketika melihat orang yang disukainya justru memperjuangkan orang lain?" Alea Livindar

***

Deburan ombak yang menghantam karang berusaha untuk menginterupsi seorang gadis yang sedang berdiri di atas karang dengan pandangan kosong lurus ke depan. Gadis itu tidak mempedulikan beberapa orang yang sedang hilir mudik, bersenda gurau dengan orang-orang terkasih dan beberapa lainnya yang sesekali memandang aneh pada dirinya.

Beberapa kali gadis itu menghembuskan nafasnya pelan, berusaha untuk mengendalikan dirinya. Jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. Ia kembali melirik pada jam yang melingkar pada pergelangan tangannya. Sudah hampir satu jam dirinya berdiri di sini, namun seseorang yang sedari tadi ditunggu tidak menampilkan batang hidungnya.

"Mau ngapain lo nyuruh gue ke pantai jam segini?" tanya seseorang dari balik tubuhnya. Beruntung pendengarannya masih normal, karena suara itu seperti terseret oleh angin laut yang berhembus kencang—sehingga sulit untuk mendengar apa yang telah dikatakan oleh orang tersebut.

Gadis itu menoleh, pandangan matanya terlihat sayu ketika memandang pemuda yang sedang berdiri menjulang di sana dengan wajah dingin nan kaku.

"Rayhan... kamu datang," lirih gadis itu. Suaranya pelan, namun tersirat nada kebahagiaan di sana ketika mendapati seseorang yang sedari tadi ia tunggu kini hadir di hadapannya.

Rayhan mendengus. "Jelas aja gue datang, itu karena lo yang daritadi ngirim pesan nggak berhenti-berhenti dan buat gue muak sama semua pesan yang lo kirim," ucapnya ketus. Alea yang mendengar itu pun hanya bisa tersenyum, dirinya sudah terbiasa dengan sikap sang pujaan yang selalu kasar terhadap dirinya.

"Tapi setidaknya—"

"Nggak usah banyak omong! Langsung kasih tau aja maksud lo nyuruh gue ke sini itu mau ngapain," potong Rayhan tajam. Mata elangnya menatap lurus pada Alea yang kini tertunduk.

Alea menghirup nafasnya dalam, mencoba untuk meredam perasaannya yang membuncah ketika Rayhan lagi-lagi bersikap seenaknya terhadap dirinya.

"Aku... aku cuma mau minta tolong sesuatu ke kamu," lirihnya.

Rayhan hanya diam, tidak menjawab ataupun memberikan respon untuk Alea agar melanjutkan kata-katanya. Alea sendiri mengerti, tidak atau adanya respon dari Rayhan pun sama saja, dirinya akan tetap mengatakan apa yang ingin dikatakan.

"Aku mau minta tolong ke kamu untuk berusaha membuka hati buat aku," gumam Alea yang masih bisa didengar dengan jelas oleh Rayhan.

Pemuda itu mengangkat sebelah alisnya, tawa sumbang pun terdengar dari dirinya. "Lo tuh nggak ada bosen-bosennya ya untuk maksa gue buat nerima lo?" tanyanya dengan nada sinis. Pemuda itu kemudian berjalan mendekat, memposisikan dirinya tepat di hadapan Alea dengan jarak yang begitu tipis.

"Dengar, Alea... sebanyak apapun lo berusaha untuk membuat gue jatuh cinta sama lo, itu nggak akan pernah bisa—sama sekali nggak akan pernah bisa." Rayhan mengucapkan dengan penuh penekanan pada setiap katanya. "Gue bukan orang yang gampang untuk membuka hati, terlebih dengan orang yang sama sekali nggak pernah bisa menarik perhatian gue. Jadi... gue bilangin sekali lagi ke lo—jangan pernah lagi dekat-dekat sama gue ataupun berusaha untuk mengganggu gue karena itu cuma akan nyakitin diri lo sendiri."

Alea yang mendengar itu pun terdiam. Bukan karena ucapan Rayhan yang baru saja didengar oleh dirinya, melainkan sikap Rayhan yang tiba-tiba saja melunak. Walaupun wajah pemuda itu terlihat keras, terlihat datar dan dingin, namun Alea masih bisa merasakan jika ada suatu perasaan yang Rayhan coba untuk tutupi agar dirinya tidak tahu.

Fight for Love (Completed)Where stories live. Discover now