#34: Betrayal

3.5K 489 26
                                    

Pria paruh baya pemilik senyum wibawa itu menatap anak buahnya satu per satu. Tidak ada yang berani mendongak karena mereka tahu kesalahan fatal yang telah mereka lakukan. Bisa dipastikan bos mereka akan murka setelah mendengar hasil laporan kalau misi mereka telah gagal.

"Ini sudah berjalan beberapa hari dan kalian masih belum bisa menemukannya?!" ujar pria itu setengah berteriak. Membuat beberapa orang di hadapannya berjengit kaget. Sebagian lagi hanya menunjukkan wajah tanpa ekspresi. Sebagian lagi tertunduk semakin dalam.

"Mereka seperti menghilang tanpa jejak," ujar salah satu dari mereka yang perawakannya jauh lebih tenang. Sepertinya ia adalah pemimpin dari gerombolan itu.

"Lalu kerja kalian apa selama beberapa hari ini? Jumlah kalian banyak dan orang yang kalian cari hanya seorang wanita dan sopirnya. Begitu saja tidak becus!" teriak pria paruh baya itu lagi seraya melempar gelas plastik kopinya yang telah kandas.

Hening. Tak ada lagi yang mampu bersuara di ruangan itu. Semuanya terasa mencekam.

Pria paruh baya yang baru saja meluapkan amarahnya itu berbalik. Ia berjalan mendekati seorang pria paruh baya lain yang tengah duduk bertopang dagu di sebuah kursi.

"Maafkan anak buahku yang gagal melaksanakan misi kita," ujar sang pria paruh baya pertama seraya merunduk.

"Kurasa dia sudah bisa membaca pergerakan kita," ujar sang pria paruh baya kedua.

"Maksud-mu?" tanya sang pria paruh baya pertama dengan terbata. Berusaha mencerna maksud perkataan rekannya barusan.

"Dia sengaja mengalihkan perhatian kita agar mengejarnya. Lalu kita lalai pada rencana besar kita. Pergantian presdir. Ini hanya sekedar kecohan."

Mata sang pria paruh baya menyipit. Merasa terkejut dengan kesimpulan yang telah diambil oleh rekannya tersebut. Kenapa hal itu sampai tidak terpikirkan olehnya? Tanpa sadar tangannya terkepal marah. Ia merasa telah dibodohi mentah-mentah.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Ini saatnya kita menyerang."

"Menyerang?"

"Kita harus dapatkan berkas surat wasiat yang ditinggalkan oleh Han Minjoon dan Kim Taejoon. Poseidon pasti ada di dalamnya."

"Berarti ada dua kepemilikan?"

"Kau tidak bisa membaca pergerakan mereka? Kupikir kau cukup cerdas, Park!" cemooh sang pria paruh baya kedua.

Hanya selang beberapa detik kemudian, mata pria bermarga Park itu membeliak terkejut saat menyadari satu hal.

"Itu sebabnya Kim Taehyung menculik Han Yeonmi dan menggagalkan pernikahannya dengan Chanyeol? Ada hubungannya dengan wasiat itu."

"Dan kita kecolongan lagi. Kurasa mereka sudah menikah sekarang. Untuk mengukuhkan kedudukan mereka sebagai pewaris Poseidon yang sah."

Tangan pria bermarga Park itu kembali terkepal kuat. Urat-urat di wajahnya bertonjolan. Ia terlihat marah.

"Aku akan buat perhitungan pada pengganggu-pengganggu kecil itu."

"Tidak. Tidak sekarang. Fokus kita sekarang adalah surat wasiat dan menggagalkan pengangkatan presdir baru di Han's Corp."

*****


Mereka berkumpul di kamar apartemen sederhana Taehyung. Wajah cemas yang terlihat tentu memperlihatkan tingkat ketegangan yang sedang mereka alami.

"Han Minji menghilang di tengah perjalanannya mengasingkan diri ke kuil. Ia pergi bersama sopir pribadinya dan hingga kini nasib keduanya belum diketahui," Yeonmi mengakhiri penjelasannya.

[END] PoseidonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang