Chapter 3: Deep Impression

243 38 7
                                    

Ada yang nungguin kah? Hehe

____________________________________

Hari ini adalah hari pertama Sana kembali ke kampus setelah dua hari absen karena kondisi kakinya. Ia memutuskan untuk pergi ke kampus karena keadaan kakinya dirasa sudah cukup baik. Gadis itu sudah bisa berjalan dengan normal.

Belajar merupakan hal yang menyenangkan bagi Sana. Maka dari itu, ia senang bisa cepat pulih dan kembali mengikuti kegiatan perkuliahan. Namun, rasa antusiasnya tidaklah bertahan lama.

Alih-alih belajar, kelasnya terpaksa harus diliburkan karena dosen yang mengisi perkuliahan absen. Kini ia sendirian dan tak tahu harus kemana. Jennie absen karena harus pulang ke Bogor menghadiri acara keluarga. Sementara Momo berada di kelas yang berbeda sehingga ia tetap mengikuti perkuliahan.

Keadaannnya saat ini membuat ia bingung. Tidak mungkin juga jika langsung pulang karena masih ada kelas siang. Bolak balik kost-kampus adalah hal yang menurutnya tidak efisien.

Membaca buku di perpustakaan atau kantin? Mood nya sedang kurang baik untuk membaca. Sana ingin melakukan hal lain. Pasalnya selama dua hari absen, ia menghabiskan waktu dengan membaca buku.

Tanpa sadar langkah kakinya membawa Sana ke taman yang ada di sekitaran area kampus. Suasananya begitu sejuk dan menenangkan. Ia manarik nafas panjang lalu menghembuskan nya perlahan.

"Ah benar-benar menyegarkan," batinnya.

Hamparan pohon hijau dengan rangkaian warna warni bunga cukup memanjakan matanya.
Ia memandang berkeliling. Sampai pandangannya berhenti dan terfokus pada seorang lelaki yang duduk di sebuah bangku panjang di bawah pohon rindang. Lelaki itu tengah asyik dengan buku yang dibacanya.

Sana memutuskan untuk menghampiri lelaki tersebut.

"Ekhemm ... boleh duduk?"

"Duduk aja," balas lelaki itu. Ia masih tetap fokus pada bukunya.

"Hanbin ya?"

"Iya, kenapa?"

"Emm ... makasih ya buat yang waktu itu."

Lelaki yang disebut Hanbin itu mengernyit bingung. Konsentrasi membacanya buyar. Ia menutup bukunya lalu menengok ke sumber suara, ia ingin memastikan siapa gerangan yang lancang mengganggu quality time-nya.

"Lo ...."

Hanbin terpaku melihat sosok yang duduk di sisinya. Ia kehilangan kata-kata. Senyuman itu, senyum yang dua hari lalu ia lihat di ruang kesehatan. Senyum manis yang terasa hangat.

"Sana ... panggil aja Sana," ucap si gadis dengan senyum yang masih merekah di bibirnya.

"I-- iyaa. Sama-sama, Sana."

"Mmm dipikir-pikir waktu itu kita belom saling mengenalkan diri. Semoga kita bisa berteman baik ya."

Keheningan tercipta di antara mereka selama beberapa saat. Tak ada satupun yang berani membuka suara. Pun pandangan keduanya yang hanya memandang lurus tanpa melihat satu sama lain.

"Hanbin suka baca buku?" tanya Sana membuka obrolan.

"Lumayan ...."

"Sama dong, Sana juga suka."

"Ooh ...."

"Hanbin suka baca buku apa?"

Hanbin tak langsung menjawab. Ia mencuri pandang ke arah Sana. Di saat yang sama angin bertiup dengan lembut, membuat helaian rambut gadis itu berkibar sehingga menciptakan visual yang luar biasa memesona.

You in My HeartWhere stories live. Discover now