Chapter 7: What's Happen?

199 34 2
                                    

Pagi hari yang cerah dengan hawa dingin menusuk kulit di kota Bandung. Suara kicauan burung menyertai kegiatan penghuni di sebuah rumah yang tampak megah. Tepat di pelataran rumah, seorang lelaki tengah sibuk memoles mobil kesayangannya.

Tak mau kalah dengan burung-burung di pagi hari, ia ikut bersiul. Putra bungsu keluarga Wijaya tersebut bersiul menyenandungkan lagu terkenal dari boygroup kenamaan Korea Selatan, Ikon yang berjudul Love Scenario.

Siulannya begitu seirama dengan gerakannya memoles Mercedes-AMG GT 63 S hitam yang didapat dari hasil kerja kerasnya. Suasana hatinya begitu baik hingga ia bangun lebih pagi dan berinisiatif mencuci mobilnya sendiri.

Di ambang pintu rumah, seorang gadis cantik dengan segelas susu hangat di tangannya tampak sedang memerhatikan. Ia tersenyum melihat tingkah lelaki itu yang tidak seperti biasanya. Ia berjalan mendekati si lelaki yang merupakan adiknya tersebut.

"Cie ciee, Mbin pagi-pagi gini rajin bener ... kesambet apa nih?" tanya si gadis sembari mencolek-colek punggung lelaki tersebut.

Mendengar suara yang familiar, Hanbin menoleh. Ia mendapati wajah sang kakak yang tengah cengar-cengir.

"Naon sih Teh Jisoo!?" ucapnya sedikit ketus. Ia kembali fokus menyelesaikan kegiatannya yang sempat tertunda.

"Ih galak," sahut Jisoo dengan wajah cemberutnya.

Hening seketika, hanya ada suara Jisoo yang sesekali menyeruput susu hangatnya.

"Dek ... ntar bareng ya ke kampus."

Hanbin kembali menoleh pada kakaknya, ia mengernyit seakan meminta penjelasan lebih lanjut.

"Mobil Teteh mau dipake mamah, mobil mamah lagi di bengkel soalnya," jelas Jisoo lagi.

"Emang lo ada kelas pagi, Teh? Gue kan berangkat pagi."

"Ga ada sih. Teteh berangkat pagi soalnya mau ketemu anak-anak PERSMA dulu."

"Pacar lo dong suruh jemput," pungkas Hanbin sambil terus mengelap mobilnya.

"Bobby lagi ga bisa, Dek. Mau yaa adek Teteh yang paling ganteng nebengin Teteeeh," rajuk Jisoo. Ia coba membuat nada bicaranya seimut mungkin.

Hanbin memutar bola matanya malas. Ia paling tidak suka jika kakaknya sudah rewel seperti ini.

"Iyee iyeee."

"Yeeeaayy ...." Jisoo melompat girang. Ia mencubit gemas pipi Hanbin kemudian berlari masuk ke dalam rumah.

"Dasar gelo!" gerutu Hanbin sembari mengelus-ngelus pipinya.

Ini akan jadi kali pertama Hanbin dan Jisoo berangkat bersama ke kampus. Biasanya, mereka selalu berangkat menggunakan kendaraan masing-masing. Mungkin sesekali Jisoo dijemput oleh kekasihnya Bobby.

Keduanya juga jarang atau bahkan hampir tidak pernah berinteraksi di kampus. Entah apa penyebabnya. Maka dari itu, hanya segelintir orang saja yang mengetahui bahwa mereka kakak-beradik.

Selesai dengan urusan memandikan mobilnya, Hanbin beranjak menuju kamarnya di lantai dua. Ia hendak bersiap untuk pergi ke kampus. Handuk sudah mengalung di tengkuknya.

Sebelum masuk ke kamar mandi, ia sempatkan mengecek handphone nya di atas nakas. Seulas senyum lolos begitu saja dari bibirnya ketika membaca sebuah pesan dari seseorang. Senyum yang tak pudar sampai ia akhirnya memasuki kamar mandi dan ...

"ANJEEEENG KECOAA!!"

"ADEEEEEK MULUTNYAAAA!" teriak Nyonya Wijaya pada anak bungsunya.

You in My HeartOnde as histórias ganham vida. Descobre agora